Maaf baru bisa up lg ya reader,
Author kemaren2 lagi kejar setoran, jadi ngelembur terus bagai kuda 😅Untuk mengobati rindu, Author Double Up deh ya untuk kali ini, 😎
Vote
Vote
VoteHAPPY READING GUYS 😉
Comment
Comment
Comment***
Bianca dan Hana segera berlomba berlari menuju tempat yang di maksud bibi Margaret. Bianca berhasil mendahului Hana, dia sudah tidak sabar ingin melihat sosok yang diceritakan Hana. Matanya segera menyisir setiap sudut ruangan.
"ih bianca, kan harusnya aku duluan. Kamu ini" tepuk hana dipundak bianca dengan wajah merajuknya.
"Ssst diamlah aku sudah penasaran dengan ceritamu, cepat tunjukkan dimana orangnya" tanyanya karena dia tidak berhasil mendapatkan orang dengan ciri yang sama seperti yang Hana ceritakan. Hana segera menilik satu persatu tamu yang ada disana.
Keningnya semakin mengerut saat tidak kunjung mendapati yang dia tunggu. Bianca yang sedari tadi mengamati wajah Hana juga bingung.
"Tidak ada?" Tanya bianca tapi tidak dijawab Hana, dia masih bingung, lalu beranjak ke depan dan melihatnya dihalaman.
"Kalian kenapa?" Tanya Andrew yang sudah dari tadi duduk di kursi tepat di samping mereka.
"Ssttt diamlah" ujar bianca lalu memilih kembali kantornya. "Bibi, memang siapa yang kau lihat tadi? Maksudku yang kau maksud tadi mencari kami" lanjutnya
"Loh, apa dia sudah pergi" gantian bibi yang bingung lalu ikut keluar jg, bianca mengekorinya.
"Ada gak?" Tanya bianca melihat Hana kembali dan dijawab gelengan.
"Kalian mencari siapa?" Hana dan bianca bingung dengan pertanyaan bibi.
"Bibi bilang ada yang mencari kami"
"Ini orangnya. Kenapa kalian cari jauh2?" Tanya bibi sembari melihat kearah Andrew. Jawaban yang sangat tidak diinginkan alias mengeeeeceeakan. Segera bianca dan Hana putar balik ke kantor setelah mendesah kecewa.
"Eh, tunggu2.... Wajahmu kenapa?" Tanya bianca baru menyadari lebam di pelipis dan bibir Andrew. Tangannya memegangi dagu Andrew dan melihat seksama wajahnya. "Berantem?"
"Biasa, anak laki2" jawabnya enteng dan mendapatkan sentilan di dahinya. "Awh!!! Sakit tau" protesnya mengusap2 dahinya.
"Kau itu sudah tua, sok muda lagi. Mei! Tolong ambilkan p3k"
"Ini sudah baikan" takutnya, meski dia penjahat, andrew sangat takut dengan obat luka. Itulah sebabnya dia tidak langsung terjun ke lapangan (dunia hitam). Dia takut luka, takut pedih saat diobati.
Setiap bianca akan mengolesinya dia selalu menahannya dengan tangannya. Sekali dua kali bianca masih manis dan sabar, ketiga kali sudha mulai muncul taringnya. "Diamlah!" Perintah bianca dengan mata nyalangnya, membuat Andrew segera menurunkan tangannnya dan diam. "Nah, kenapa tidak begitu dari tadi. Good boy" pujinya atas sikap Andrew yang tetiba menjadi penurut, membuat bibi terkekeh.
"Hmmm.... Nah sudah" bianca mengemasi kembali kotak p3nya. "Kalau sudah tau takut sakit, jangan berantem. Dasar bodoh"
"Suamimu yg bodoh, aku tidak suka kekerasan seperti ini. Hufft... Membuat wajah tampanku tergores saja" kesalnya balik membuat bianca bingung.
"Kamu bertarung dengannya?" Andrew mengangguk lalu meneguk minum yang dibawakan meimei. "Thanks mei" ucapnya dengan wajah sok manis membuat bianca memutar matanya. "Hmm... Kau memang bodoh" umpat bianca kembali menggeser arah kepala andrew, membuat Andrew menatapnya jengkel. "Iya, kamu bodoh. Dia bukan tandinganmu. Lagian, apa kamu lupa dulu dia hampir membunuhmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Side Bianca 18++
RomanceKerasnya kehidupan kota seperti tidak memberikan pilihan pada seorang gadis bernama Bianca N Illeana untuk dapat bertahan seorang diri. Workaholic ini merasa bahwa seorang perempuan tidak membutuhkan laki2 dalam kehidupannya. Keberadaan Sellen, saha...