7# Pamit

1K 71 7
                                    

Ada yang lebih indah dari pertemuan. Saat dua insan berpisah untuk sama-sama mengejar ridho Allah dan mewujudkan mimpi-mimpinya.

-MERINDU SURGA-

🍁🍁🍁

Setidaknya doaku terkabul, Mas Elang lolos interview dan sebentar lagi ia akan terbang ke Kalimantan. Entah kapan ia akan berangkat, aku tidak tahu. Semenjak hari itu, aku dan dia jarang sekali memberi kabar.

Dia fokus pada tesnya, sedang aku fokus pada pekerjaanku. Aku sengaja menyibukkan diri, karena kalau sedang senggang Mas Elang akan dengan tiba-tiba masuk dalam pikiranku. Seperti saat ini aku sedang senggang, tiba-tiba saja aku ingat saat-saat bersamanya.

"Subhanallah wabihamdi, subhanallah hil adzim."

Aku tengah sibuk berdzikir sambil menunggu lampu merah berubah menjadi hijau. Tiba-tiba saja kaca helmku yang semula di atas ada yang menurunkannya hingga menutupi seluruh wajahku.

Aku menoleh ke samping kananku, di sana ku temukan Mas Elang tengah meringis menampakkan gigi putihnya.

"Mas Elang?" ucapku sambil kembali menaikkan kaca helmku.

"Kaget ya? Maaf," ujarnya dengan menangkupkan kedua tangannya sambil terus meringis.

"Sedikit, untung nggak jantungan."

"Terus kalau jantungan kenapa?"

"Mati dong."

"Kalau mati?"

"Dikubur."

"Kalau dikubur?"

Astaghfirullah. Ini orang benar-benar nyebelin banget sih. Perasaan ibunya anteng-anteng aja, tapi kok dia cerewet banget gini ya? Aku diam tak menjawab, terserah deh dia mau ngomong apalagi. Aku nggak mau jawab.

Tapi sesaat kemudian dia mendekat ke arahku. "Tahu nggak kalau dikubur kenapa?" tanyanya.

"Nggak mau tahu."

"Beneran?" tanyanya lagi dengan nada yang mulai membuatku tertarik.

"Kenapa?" tanyaku.

"Ya tamat, kalau di game itu berarti game over."

Bibirku tersenyum hanya dengan mengingat kenangan yang sudah ku lalui dengan Mas Elang. Rasanya masih tidak percaya, sebentar lagi aku dan Mas Elang akan benar-benar berjauhan. Jarak semakin memisahkan kita.

Baru saja aku ingin fokus menyelesaikan pekerjaanku, tiba-tiba kenangan lainnya menyelinap begitu saja di pikiranku. Ya Allah, sedalam itukah Mas Elang meracuni pikiranku?

"Ngapain ke sini Mas?" tanyaku sambil celingak-celinguk.

Ternyata setelah muter-muter naik motor hampir satu setengah jam akhirnya Mas Elang membawaku ke pasar malam. Sudah hampir jam delapan, jadi tidak heran kalau pasar malam ini semakin penuh sesak oleh ratusan manusia.

"Temani aku ya? Aku butuh refreshing nih. Pusing mikir skripsi," katanya.

Aku mesem melihat ekspresinya yang dibuat-buat seolah dia benar-benar butuh hiburan. "Oh ya?"

MERINDU SURGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang