27# Saling Memaafkan

874 86 4
                                    

Entah siapa yang salah, siapa yang benar. Percayalah, dengan meminta maaf terlebih dulu tidak akan membuat harga dirimu jatuh, tapi justru kamu akan nampak mulia di mata Allah.

***

Allah memang Maha Pengampun, begitu hamba-Nya datang dan memohon ampun kepada-Nya dengan sungguh-sungguh, Allah akan langsung mengampuninya. Sangat berbeda dengan mahkluknya, terutama wanita. Ketika memiliki masalah dengan orang lain tidak akan semudah itu, Marimar!

Ketika pihak yang bersalah sudah meminta maaf, mungkin pihak pertama juga akan memaafkan, tapi rasa gondoknya itu yang susah hilang. Bahkan bisa jadi, long lasting. Udah kayak lipstik wardah aja ya.

Seperti yang ku alami saat ini, meskipun kejadian di tukang sayur tempo hari sudah lewat, tapi rasa gondoknya masih sangat terasa. Hatiku masih aja tidak terima mereka menjelek-jelekkan Mas Azril seperti itu. Aku sudah memaafkan perbuatan mereka, tapi sulit sekali ingin menghilangkan ingatan dan cercaan-cercaan mereka.

Seorang wanita akan selalu ingat dengan orang yang menyakiti mereka, iya nggak sih?

"Mi, kenapa sih dari pulang belanja kemarin kok jadi cemberut?"

Aku menarik kedua sudut bibirku, lalu memandang suami tercinta yang tengah menungguiku memasak. "Perasaan Abi aja kali," elakku.

Sebenarnya pengen cerita sih, biar nggak ada lagi yang mengganjal di hati. Cerita nggak ya?

"Cerita aja, Mi," celetuk Mas Azril.

Loh, Mas Azril sekarang bisa membaca pikiran orang apa ya?

Mataku membulat sempurna karena kaget, "Loh, Abi bisa baca pikiran Ummi?"

Dia tertawa renyah, "Dari muka Ummi kelihatan kalau memendam sesuatu."

Aku jadi salah tingkah. Ku letakkan pisau yang tadinya ku gunakan untuk memotong kubis, rencanaku sih mau bikin sop. Aku duduk di kursi yang bersebelahan dengan Mas Azril. "Em, jadi gini, Bi."

Duh, bingung mau mulai dari mana.

"Kenapa sih, Sayang?"

"Jadi," aku menarik napas sejenak. "Kemarin waktu Ummi beli sayur ada..."

Belum selesai aku menceritakannya, Mas Azril sudah lebih dulu menyahut. "Ibu-ibunya pada ngomongin Ummi?"

Sontak aku langsung mengangguk mantap. "Kok Abi tahu?"

Mas Azril tersenyum kecil, lalu meraih tanganku untuk digenggamnya. "Jangan dimasukin hati ya, Mi. Ibu-ibu itu memang suka begitu, do'akan saja semoga mereka segera mendapat hidayah."

Aku mengangguk lagi. "Tapi Bi," jeda sejenak, "mereka juga menghina Abi," cicitku sambil menunduk.

Awalnya aku mengira Mas Azril akan kaget dengan apa yang aku tuturkan, nyatanya dia malah biasa saja. Dia malah terkekeh, lalu aku kembali mendongak untuk menatap ekspresinya. "Abi nggak kaget?"

Dia menggeleng.

"Kenapa? Apalagi ibu-ibu yang bibirnya tipis itu Bi, masak kebangetan banget ngomonginnya. Terus akhirnya Ummi klarifikasi semua pemikiran mereka."

"Serius? Emang Ummi berani?"

Aku mendengus sebal, masak meremehkan keberanian istri sendiri sih. Lalu, aku segera menceritakan semua kejadian waktu di tukang sayur kemarin.

MERINDU SURGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang