"Nyatanya malah aku yang terkejut dengan sikapmu."
***
Pagi ini sepertinya moodku sedang sangat baik, terbukti dengan bibirku yang terus mengembangkan senyum. Tanganku dengan lincah memotong terong menjadi potongan bulat nan tipis. Sesuai request yang diajukan Rayhan kemarin sore, pagi ini aku akan memasak terong crispy. Untuk temannya aku memilih sop dan ayam goreng. Satu lagi yang tidak boleh lupa, yakni sambal tomat kesukaan Mas Azril.
"Masak apa hari ini?" Tiba-tiba saja ada yang memelukku dari belakang. Dari suaranya aku bisa menebak kalau yang melakukannya adalah Mas Azril. Memangnya siapa lagi laki-laki di rumah ini yang berani melakukannya?
Aku mencoba tetap fokus memotong terong yang tinggal separuh, "Sesuai request, Bi."
"Hmm, kirain sesuai aplikasi," gumamnya tidak jelas. Pasalnya dagunya tengah disandarkan pada pundakku, meskipun sedikit mengganggu pergerakanku--tapi aku menikmatinya.
"Emangnya go food."
Dia terkekeh lalu duduk di kursi tempat biasanya kami makan. Setelah selesai memotong, aku segera mencucinya di wastafel. Saat aku membalikkan tubuhku, aku bisa melihat penampilan Mas Azril. Aku terpaku melihat penampilannya. Rambutnya masih basah, dia mengenakan kaos oblong warna hitam dipadukan dengan sarung kotak-kotak warna hitam dan abu. Mataku mengerjap, kenapa dia tampan sekali?
"Mi, kenapa?" tanyanya. Aku tersenyum kikuk lalu menggeleng sebagai jawaban kalau tidak ada apa-apa. Padahal dalam hatiku memberontak, ingin dipeluk Mas Azril. Masih pagi Wafiq, jangan mesum!
Sebelum mikir yang aneh-aneh, aku langsung melanjutkan niatku untuk menghampiri wastafel.
"Sadar nggak sih, akhir-akhir ini Ummi sering tiba-tiba diem kalau lihat Abi?"
"Allahuakbar!" Aku kaget karena Mas Azril tiba-tiba sudah di sampingku.
"Tuh kan, gitu aja kaget." Aku merengut kesal, salah siapa yang datang nggak bilang-bilang. Wajar dong kalau aku kaget? Meskipun salahku sendiri sih yang mencuci terong sambil melamun. Dan yang memalukan, aku melamunkan sedang bercumbu dengan Mas Azril. Kenapa aku jadi mesum sih?
Wajahku semakin ku tekuk saat sadar dengan apa yang aku lamunkan. "Kenapa sih? Ummi nggak enak badan?" Mas Azril meletakkan telapak tangannya di dahiku.
Aku hanya tersenyum kecut, "Ih nggak papa Bi. Ummi sehat."
Mas Azril mengangguk lalu kembali duduk sambil memainkan ponselnya. Diam-diam aku meliriknya, tatapanku fokus pada bibirnya yang tertawa sembari memandangi ponsel. Entahlah apa yang dilihat.
"Tuh kan, Ummi curi-curi pandang." Tiba-tiba Mas Azril menolehkan kepalanya ke arahku. Aku tidak sempat mengalihkan pandangan, alhasil aku seperti maling yang tertangkap basah. Dengan pipi merona aku menunduk, melanjutkan menggoreng terong yang sudah ku campur dengan tepung bumbu.
"Mi, jujur sama Abi!" Astaghfirullah, tiba-tiba Mas Azril sudah di sampingku lagi.
"Ummi lagi masak Bi...."
Dia memegang dua pundakku lalu membalik tubuhku untuk menghadap padanya. "Kenapa sih? Kalau ada yang ingin disampaikan bilang aja Mi. Jangan--" Mas Azril mengusap wajahnya frustasi, "Astaga, Ummi kenapa lihatin bibir Abi? Mau dicium?"
Aku gelagapan, selama Mas Azril mengeluarkan kata-kata tadi bukannya aku mendengarkan justru aku fokus pada bibir Mas Azril yang bergerak-gerak. Menurutku itu ... seksi. Kenapa sih aku?
Dia menangkup pipiku, lalu dengan bodohnya aku mengangguk. Mas Azril memasang wajah syok, tapi sedetik kemudian dia langsung menekan tengkuk ku agar mendekat. Memangkas jarak kami hingga akhirnya bibir kami bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MERINDU SURGA
Ficção AdolescenteKetika kamu meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberikan ganti yang lebih baik. Wafiq percaya itu. Sejak hidayah Allah menyapanya, ia mulai merindukan surga. Ujian demi ujian semakin menguatkannya. Hingga Allah hadirkan kembali f...