19# Kissed My Jannah

1.2K 98 5
                                    

Bersentuhan dengan seseorang dalam ikatan halal itu akan selalu semendebarkan itu. Hati seakan meletup-letup dan dipenuhi rasa haru bahagia.

_MERINDU SURGA_

🍁🍁🍁

Waktu berlalu begitu cepat, akhirnya tiba juga di malam akad. Beberapa hari ini makan dan jam tidurku menjadi tidak teratur karena harus membantu Bunda mengurus semuanya. Untungnya dari pihak keluarga Mas Azril juga ikut andil, jadi aku tidak terlalu pusing memikirkannya bersama Bunda.

Sesekali Mas Azril meneleponku lewat panggilan video call. Bukan, bukan Mas Azril yang berbicara. Tapi Rayhan yang selalu meminta untuk berbicara denganku, katanya rindu. Bahkan kalau dia belum melihat wajahku, dia suka nggak bisa tidur. Ada-ada anak itu.

Mas Azril is calling....

Aku baru di kamar mandi saat ponselku berdering. Otomatis bibirku langsung melengkung sempurna karena aku tahu siapa penelponnya. Pasti Rayhan, siapa lagi. Ku percepat kegiatanku mencuci muka dan gosok gigi, lalu dengan sedikit tergesa aku menghampiri nakas di mana aku meletakkan ponselku tadi.

Ternyata panggilan sudah berhenti, apa iya aku kelamaan ngangkatnya?

Mas Azril is calling...

Ku tarik sudut bibirku saat ponselku kembali berdering. Segera ku pencet tombol berwarna hijau yang langsung menampilkan sosok laki-laki dengan peci berwarna putih.

Ku alihkan sebentar ponselku agar tidak memperlihatkan diriku.

"Rayhan, ini Bunda." Kata seseorang di seberang sana. Biasanya sebentar lagi akan muncul wajah lucu Rayhan. Ah, aku merindukannya.

"Sayang, ini Bunda. Kok Ray malah tidur sih? Aduh."

Kemudian di layar ponselku muncul wajah Mas Azril sambil menggaruk tengkuknya. Sama seperti saat dia datang ke rumah waktu itu. Jantungku langsung berdetak tidak karuan.

Rasanya aku tidak kuat berlama-lama melihat wajahnya. Ponselku langsung ku arahkan ke arah mana saja asal aku tidak melihat wajahnya.

"Ehem," jeda sesaat, "maaf Rayhan sudah tidur saat nunggu kamu ngangkat telpon," katanya kikuk.

Aku mengangguk.

"Dek, kamu masih di situ?"

Jantungku rasanya mau melompat. Apa berbicara dengan calon suami selalu semendebarkan ini?

Lagi-lagi aku mengangguk.

"Dek?"

"Eh iya, Mas," balasku. Aku menepuk dahiku ketika aku menyadari aku sudah mengubah kamera depan menjadi kamera belakang. Pantas saja Mas Azril tidak bisa melihatku mengangguk.

"Ya sudah kamu tidur, sudah malam. Sampai ketemu besok."

"Iya Mas."

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Mas Azril mematikan sambungan telepon sementara aku masih membeku di tempat. Jantungku masih belum berhenti berdetak kencang.

Mas Azril.

Allahu, benarkah dia jodohku? Kalau iya lancarkanlah acara besok. Aamiin.

🍁🍁🍁

Semalam aku baru mengerti akan sikap Mbak Anis waktu itu. Ternyata Mbak Anis menaruh hati dengan Mas Azril. Itu yang aku dengar dari salah satu temanku di kantor. Tapi aku tidak ambil pusing semua itu, toh jodoh sudah ada yang atur?

MERINDU SURGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang