Seberapapun sempurnanya seorang ayah, seorang anak tetap membutuhkan kasih sayang seorang ibu.
-MERINDU SURGA-
🍁🍁🍁
Aku dan Mas Azril sengaja memilih konsep pernikahan yang sederhana. Dengan konsep warna putih dan dekorasi yang simpel tapi tetap terkesan elegan. Seusai akad kami langsung naik ke pelaminan untuk dilanjutkan dengan acara resepsi.
Di samping kiri ada orangtua Mas Azril, sedang di samping kanan ada kedua orangtuaku yang tengah tersenyum bahagia meski Bunda sempat menangis saat acara sungkeman tadi.
"Jangan nangis Bun, nanti make up-nya luntur," kataku tadi. Namun bukannya mengangguk, Bunda malah mencubit lenganku. Lalu tangannya mengusap kepalaku dengan lembut. "Sering-seringlah mengunjungi Bunda."
Sebenarnya mataku sudah berkaca-kaca, tapi aku menahannya dengan tidak memandang mata siapapun. Karena percaya nggak percaya, tangisan itu bisa menular dari tatapan mata.
Ayah juga memberikan wejangan-wejangan kecil, seperti.
"Jadilah istri yang baik, jangan suka marah-marah di depan suamimu. Laki-laki itu suka dengan kelembutan."
Itu salah satu pesan Ayah. Yang membuatku tidak bisa menahan air mataku adalah saat ayah membisikiku, "Selamanya kamu tetap menjadi putri kecil Ayah."
Untungnya Mas Azril adalah tipe laki-laki siaga, dia tiba-tiba saja mengulurkan tisu. Bahkan saat aku diam saja, dia malah mendekat dan menghapus air mataku. "Menangislah. Kalau butuh sandaran, bahu Mas sudah cukup kuat."
"Malu Mas," cicitku.
Dia terkekeh, "Nanti lama-lama juga terbiasa," katanya seraya menyentil hidungku.
"Aww." Aku mengaduh sambil mengusap-usap bekas sentilan Mas Azril. Sementara si pelaku malah senyum-senyum nggak jelas.
"Kamu capek nggak?"
Aku menggeleng. Berdiri di pelaminan ternyata tidak seperti yang aku bayangkan. Aku pikir rasanya akan sangat melelahkan, gerah, membosankan, dan hal-hal yang tidak mengenakkan lainnya. Namun, Mas Azril mematahkan semua argumenku. Semenjak kami menaiki pelaminan, dia terus saja mengenggam tanganku.
Sesekali mengelus punggung tanganku lalu membisikkan kata-kata yang membuatku tersenyum, seperti.
"Tenang, mulai saat ini Mas akan selalu di sampingmu."
"Sekarang kamu sudah punya guling untuk dipeluk setiap malam."
Ih dasar ya, ucapannya malah membuatku merona. "Apaan sih Mas."
"Mas siap jadi gulingmu loh nanti malam," katanya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Astaghfirullah. Ini Mas Azril sedang menggodaku ya?
Aku baru tahu kalau ternyata Mas Azril orangnya receh juga, humoris gitu. Padahal dulunya, dia sangat cuek pada siapa saja. Kalau senyum, hanya sesekali. Itupun pada orang yang sudah di kenalnya, atau pada jamaah kajiannya saja.
Tapi itulah yang menarik, berbeda dengan Mas Elang yang selalu wellcome pada siapa saja. Bahkan pada wanita yang baru ia temui juga, dia selalu pasang senyum manis. Tak ayal banyak wanita yang jatuh cinta kepadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MERINDU SURGA
Teen FictionKetika kamu meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberikan ganti yang lebih baik. Wafiq percaya itu. Sejak hidayah Allah menyapanya, ia mulai merindukan surga. Ujian demi ujian semakin menguatkannya. Hingga Allah hadirkan kembali f...