Seringkali cara mencintai laki-laki dan perempuan itu berbeda. Laki-laki lebih suka menyembunyikan, sedang perempuan lebih suka blak-blakan.
- MERINDU SURGA -
🍁🍁🍁
"Bundaaaa!!!"
Teriakan Rayhan langsung terdengar begitu aku dan Mas Azril menginjakkan kaki di parkiran. Bukan hanya teriak saja, tapi Rayhan langsung berlari dan memelukku dengan sangat erat seperti seorang anak yang sudah terpisah lama dengan ibunya.
Aku sampai terharu mendapat perlakuan sangat istimewa darinya, padahal aku ini bukan ibu kandungnya. Wahai ibunya Rayhan, terimakasih sudah melahirkan anak penyayang seperti Rayhan. Aku akan menjaganya dengan sepenuh hati, ini janjiku!
Sampai lima menit Rayhan masih saja memelukku, setelah aku berjongkok dia langsung mengecup pipiku. "Rayhan, sayang Bunda."
Aku mengusap rambutnya yang kini tertutup kupluk. "Bunda juga sayang Rayhan."
"Ehem, Bunda aja nih yang dipeluk?" Mas Azril yang semula hanya menjadi penonton kini ikut nimbrung.
"Udah bosen peluk Abi," kata Rayhan sambil menjulurkan lidahnya.
Toni tertawa girang. "Peluk adik ipar aja sini, Bang."
"Nanti peluk istri aja." Mas Azril berjalan menuju mobil untuk meletakkan belanjaan kami. Syukurin deh Toni dicuekin. Tunggu aja, sebentar lagi pasti ngomel dia.
"Abang nih, dibelain malah nyuekin. Resek," gerutunya. Tuh kan!
Mas Azril terkekeh, "Oma sama Opa ke mana nih?" tanyanya setelah menutup pintu bagasi.
"Noh," jawab Toni ogah-ogahan sambil menunjukkan keberadaan kedua orangtuaku dengan dagunya.
Ternyata kedua orangtuaku sedang makan mie ongklok berdua, ini sebenarnya yang honeymoon aku sama Mas Azril atau mereka berdua sih? Tapi nggak papalah, melihat kedua orangtuaku bahagia itu sudah mewakili kebahagiaanku.
"Kenapa, mau juga?" Mas Azril tiba-tiba sudah ada di dekatku saja.
Aku tidak menjawabnya, melainkan aku beralih pada Rayhan yang masih memelukku. "Rayhan mau?"
Rayhan mengangguk, sementara adik laki-lakiku mendekat menghampiri suamiku yang sudah bermuka masam. "Bang, emang nasib lu kali ya. Nggak anak, nggak istri, nyuekin abang semua. Bhahaha."
Aku ikut tertawa, bahkan Rayhan juga terbahak meskipun kurang mengerti yang dibicarakan Toni.
"Untung adik ipar," gumam Mas Azril lirih.
Seketika itu aku tidak bisa menahan tawaku lagi. Ya Allah, semoga kebahagiaan ini bukan untuk sementara, tapi selamanya.
Perjalanan kami tidak sampai di sini saja, setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan ke Telaga Warna, Kawah Si Kidang, dan terakhir ke Candi Arjuna.
Dari ke empat wisata yang kami kunjungi, bagiku paling mengesankan adalah saat di Puncak Si Kunir. Hawa dingin dan suasana romantis sunrise di sana masih melekat meski sudah lewat berhari-hari. Apalagi, aku tidak sendiri menikmati keindahan sunrise ini, tapi bersama seseorang yang akan menemaniku sampai akhir hidupku.
Mas Azril, satu-satunya ayah dari anak-anakku kelak.
🍁🍁🍁
Tidak terasa pernikahanku dengan Mas Azril sudah menginjak bulan ketiga. Ternyata menikah itu tidak melulu tentang selalu beromantis-romantisan seperti yang selalu ku bayangkan saat masih gadis dulu. Namun, menikah itu adalah tentang belajar. Belajar menerima entah itu kekurangan atau kelebihan pasangan, belajar memahami karakter pasangan kita, dan juga belajar berpikir untuk berdua bukan hanya untuk diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MERINDU SURGA
Dla nastolatkówKetika kamu meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberikan ganti yang lebih baik. Wafiq percaya itu. Sejak hidayah Allah menyapanya, ia mulai merindukan surga. Ujian demi ujian semakin menguatkannya. Hingga Allah hadirkan kembali f...