36# Berburu Ridho Allah

552 64 9
                                    

"Bagaimanapun ridho Allah tergantung ridho suami. Tidak heran jika seorang istri memilih meredam egonya demi berburu ridho Allah."

***

Jangan lupa baca Al Qur'an sebelum baca yang lain ya 🤗

***

Aku pikir Mas Azril akan menepati ucapannya semalam, nyatanya tidak. Boro-boro mengajakku berbicara, dia malah kembali mendiamkanku. Berkali-kali kata maaf ku ucapkan padanya, tapi dia selalu menjawabnya dengan jawaban yang ambigu.

"Memangnya Ummi salah apa?"

"Abi berhari-hari mendiamkan Ummi, maaf jika ada perlakuan Ummi yang membuat Abi nggak nyaman."

"Ah, hanya perasaan Ummi saja."

Begitulah jawabannya setiap kali aku bertanya. Hari ini Mas Azril sedang mengisi seminar di salah satu perusahaan online yang terletak sekitar lima ratus meter dari rumah kami. Dia berpesan agar aku tetap di rumah sampai dia pulang.

Aku membuka kulkas untuk memasak menu makan siang. Rencananya aku ingin masak oseng tempe dan kacang panjang, sambal tomat, dan balado ikan cakalan. Namun saat aku membuka kulkas, ternyata tempe dan beberapa bumbu lainnya sudah habis.

Dengan menimbang-nimbang akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke supermarket. Karena ingin memberi surprise pada Mas Azril akhirnya aku tidak meminta izin padanya. Ya, aku berencana memasakkan masakan kesukaan Mas Azril, agar nanti saat dia pulang dia senang ... dan mau memaafkanku.

Aku masuk ke kamar untuk mengambil outerku, ku gunakan untuk merangkap daster gamisku yang cuma lengan pendek. Tak lupa aku mengenakan bergo instant kesukaanku.

"Kita mau ke mana, Mi?" tanya Rayhan saat aku memakaikan masker padanya.

"Kita ke supermarket bentar ya? Ummi mau beli bahan buat masakin abi," jawabku semangat.

Rayhan menatapku dengan berbinar, "Rayhan pengen dibikinin puding coklat."

Aku mengangguk setuju, lalu segera memakai masker kain tiga ply agar lebih maksimal menghalangi debu dan virus.

"Kita berangkat sekarang?" tanyaku. Rayhan menggangguk.

***

Setengah jam di supermarket keranjang belanjaanku sudah hampir penuh, aku tinggal mencari roti tawar untuk campuran membuat puding. Rayhan paling suka kalau dibuatkan puding coklat dicampur roti tawar.

"Berat nggak?" tanyaku. Rayhan menggeleng. Sejak memasuki supermarket ini Rayhan sudah meminta ijin untuk mendorong troli belanja. Ya, salah satu hobinya lagi adalah bermain troli saat di supermarket. Katanya dia ingin latihan menyetir troli dulu sebelum nanti dewasa berlatih menyetir mobil. Ah, menggemaskan sekali sih. Sama seperti abinya, tapi sekarang abinya lagi nyebelin. Uh!

"Itu Mi, roti tawarnya. Beli dua ya? Nanti yang satu buat bikin puding, satunya buat bekal Ray ke sekolah. Mau bagi-bagi sama temen," katanya antusias.

Sejak aku menyuruhnya berbagi sepulang dari rumah mama kemarin, Rayhan jadi lebih sering membawa makanan lebih kalau ke sekolah atau kalau sedang belajar bersama. Tentu saja aku tidak menolak, meskipun pengeluaran jajan Rayhan jadi lebih banyak tapi aku senang dia mau berbagi dengan temannya.

MERINDU SURGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang