"Tak perlu sihir, cukup dengan tingkahmu yang begitu mengejutkan mampu membuatku semakin jatuh cinta. Lagi dan lagi."
***
Tawakal itu apa sih? Tawakal itu menjadikan pihak lain sebagai wakil dalam urusan tertentu. Ini perkara hati, perkara keimanan, perkara seberapa kuat kita bersandar kepada Allah.
Seringkali ada yang salah dalam memahami makna tawakal. Pertama, mengkaitkan hanya dengan sebab akibat dalam beramal. Menyandarkan tawakal pada usaha manusia, ikhtiar dulu baru tawakal. Benarkah begitu?
Jika seperti ini otomatis kita seakan mengabaikan peran Allah, tidak bisa menghadirkan keyakinan terhadap Allah. Pikiran kita hanya terbatasi dengan apa yang ada di depan mata, otomatis amal jadi sempit sebatas itu saja.
Imam Ibnu Hibban dan Imam Al-Hakim dari Ja’far bin Amr bin Umayah dari ayahnya Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :
قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أُرْسِلُ نَاقَتِيْ وَأََتَوَ كُّلُ قَالَ : اِغْقِلهَا وَتَوَ كَّلْ “
Seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Aku lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakkal ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ikatlah kemudian bertawakkallah” [9]
Tawakal itu sudah harus ada diawal begitu kita meniatkan untuk bertekad melakukan sesuatu. Bertekad dulu niat melakukan sesuatu, lalu tawakal, kemudian ikhtiar.
Kesalahan kedua yaitu, mengidentikan tawakal dengan 'pasrah total' kepada Allah tapi dengan meninggalkan hubungan sebab akibat dalam beramal. Nggak perlu lagi memperhitungkan sebab akibat, tidak memperhitungkan sunatullah dalam beramal. Akibatnya, semangatnya biasa-biasa saja dalam kehidupan.
Pelajaran Rasulullah, kita wajib bertawakal dengan diiringi ; ikhtiar, memberikan pemahaman bahwa tawakal tidak berarti meninggalkan sebab akibat, dan mengaitkan sebab dengan akibat seraya bertawakal.
Itulah ilmu yang aku dapat minggu ini di kajian materi dasar islam. Sudah benarkah apa yang aku lakukan pada Mas Azril kemarin?
Aku menghela napas panjang lalu menghembuskannya. Aku pikir Mas Azril hanya akan mendiamkanku beberapa saat, kemudian kembali seperti biasanya. Nyatanya tidak, dia benar-benar serius untuk mendiamkanku. Terhitung sudah dua hari ini, dia bahkan hanya berbicara kalau ada perlu.
Tidak bisa dipungkiri, hatiku rasanya sesak didiamkan oleh suami sendiri. Lebih baik dia marah padaku dari pada mendiamkanku seperti ini. Aku menatap Mas Azril yang sedang memilih baju, ah bahkan dia tidak mau memakai baju yang sudah aku siapkan.
"Bi, kenapa nggak pakai ini sih?" Aku mendekatinya sembari membawa lipatan baju yang sudah aku siapkan.
Dia menggeleng. Sementara aku langsung menghela napas. "Nanti sarapan dulu, ya?" kataku lagi.
"Nanti sarapan di kantor aja, kamu jangan lupa sarapan ya. Aku berangkat, assalamu'alaikum."
Dia mengecup keningku lalu keluar kamar. Memang dia masih perhatian, tapi dia cenderung lebih dingin. Tidak ada guyonan seperti biasanya, tidak ada tawa yang biasanya membuat hatiku berdebar.
Hatiku mencelos, bulir-bulir bening mulai membasahi pipiku. Aku nggak bisa seperti, pokoknya nanti malam aku harus ngobrol sama Mas Azril.
"Mi, Ray laper."
Aku menoleh ke pintu kamar, di sana Rayhan sudah rapi dengan kaos putih dipadukan celana panjang. Dia terlihat tampan, persis seperti abinya. Aku segera mengusap pipiku, lalu tersenyum menghadapnya. "Oke, kita makan ya sayang?"
Dia mengangguk, selanjutnya aku menggandengnya dan berjalan menuju meja makan.
***
Setelah membacakan dongeng sebelum tidur untuk Rayhan, aku kembali ke kamarku. Memang sudah menjadi hal wajib setiap malam aku harus membacakan dongeng untul Rayhan, aku lebih memilih membacakan kisah-kisah sahabat nabi.
Sesampainya di kamar yang aku lakukan pertama kali adalah mencari keberadaan Mas Azril, ternyata dia sedang bersandar di kepala ranjang dengan buku di tangannya. Dari sampulnya aku bisa melihat dia tengah membaca buku Sirah Nabawiyah.
Aku tersenyum kala dia melirikku sekilas kemudian fokus pada bukunya lagi. Aku membuka lemari untuk mengambil piyama tidur kemudian berganti di kamar mandi. Saat aku keluar Mas Azril sudah merebahkan dirinya, matanya sudah terpejam. Huh, masak sih sudah tidur? Kan aku mau bicara.
"Bi," panggilku saat aku sudah ikut membaringkan tubuh di sampingnya.
Dia tidak menjawab, tapi firasatku dia hanya berpura-pura tidur.
"Sayang," panggilku sekali lagi. Sengaja aku memakai panggilan yang lebih mesra. Sayangnya dia tetap bungkam. Aku mendesah kesal sebelum akhirnya terbesit ide.
"Kyaaaa, astaghfirullah. Geli, Mi," teriak Mas Azril. "Iya, iya Abi bangun. Jangan begini, geli. Astaghfirullah."
Aku terkekeh melihat reaksinya, dia spontan langsung bangun setelah aku gelitikin. "Siapa suruh pura-pura tidur," cicitku.
Dia menghela napas panjang, lalu geleng-geleng kepala. "Memangnya kenapa?"
"Ummi mau bicara!" tegasku.
"Ck, dari tadi juga sudah bicara."
Aku menggeleng, "Maksudnya bicara serius," jeda sesaat, "Abi kenapa dua hari ini kayak mendiamkan Ummi? Nggak mau sarapan bareng, nggak mau pakai baju yang Ummi siapin, nggak mau ...."
Belum selesai aku mengeluarkan unek-unekku Mas Azril membungkam mulutku dengan mencium bibirku. "Kangen ...," desahnya disela-sela ciuman kami.
Setelah dia melepaskan ciuman kami, aku langsung memukul lengannya, "Bisa nggak sih bilang-bilang dulu Bi? Kan Ummi belum siap."
Dia terkekeh, "Udah ya, Abi ngantuk."
"Eee... Tunggu Bi!" Aku menahan lengannya agar tidak kembali berbaring, "Ummi belum selesai!"
Mas Azril urung membaringkan tubuhnya. Dia menatapku intens, pandangannya bukan ke mataku, tapi justru ke bibirku. Sedetik kemudian dia memajukan tubuhnya dan mengecup singkat bibirku. Jantungku berdebar kencang. Tubuhku seakan membeku, bahkan sampai Mas Azril melanjutkan untuk membaringkan tubuhnya.
"Dah ya, ngobrolnya besuk aja."
Samar-samar aku mendengar suaranya, tapi aku masih berusaha menenangkan detak jantungku. Tanganku menangkup kedua pipiku yang mendadak panas. Apa artinya ini Mas Azril sudah tidak marah padaku?
Siapapun, tolong bantu jawab!
***
Yeay akhirnya bisa update cepet, semoga nggak mengecewakan ya. Trimakasih untuk yang setia menunggu.
Peluk online dari sini 🤗🤗🤗
Semangadd yaaa, jangan lupa baca Al Qur'an yaaa 😊
Yogyakarta, 6 Agustus 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
MERINDU SURGA
Novela JuvenilKetika kamu meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberikan ganti yang lebih baik. Wafiq percaya itu. Sejak hidayah Allah menyapanya, ia mulai merindukan surga. Ujian demi ujian semakin menguatkannya. Hingga Allah hadirkan kembali f...