"Cinta itu terkadang memang mengikis logika. Ada yang memilih menghindar karena takut kehilangan, padahal justru dengan menghindar, tanpa dia sadari dia sudah kehilangannya."
***
"Surprise," ucap Wafiq dengan wajah berseri-seri. Tidak hanya wajahnya, matanya pun ikut berbinar. Bibirnya tersenyum hingga menampakkan giginya. Ciri khas ketika dia benar-benar bahagia.
Bertolak belakang dengan Azril, dia malah membeku di tempat. Otaknya blank di detik itu juga. Sampai sekelebat ingatan saat Niken hamil muncul di ingatannya. Wajahnya benar-benar sama dengan yang terpancar di wajah Wafiq saat ini. Lalu, apakah akhirnya nanti juga sama?
Tiba-tiba kepala Azril berdenyut hebat, dia belum siap kalau harus kehilangan istrinya lagi. Ada yang bilang, setiap kematian akan digantikan dengan kelahiran baru. Dia tahu itu, tapi rasanya begitu sulit jika kematian itu terjadi pada istrinya lagi, lalu digantikan dengan kelahiran putranya. Bisakah keduanya baik-baik saja dan nanti menemaninya sampai akhir hayat?
Dia memutuskan untuk bangkit lalu menuju kamar mandi. Azril terdiam cukup lama di dalam kamar mandi. Dari dalam sini dia masih bisa mendengar suara kegembiraan istrinya menyambut janin yang baru saja hadir di dalam rahimnya. Jujur, Azril juga senang kalau istrinya senang. Dia akui kalau saat ini seluruh hatinya sudah jatuh sepenuhnya pada wanita itu. Tapi dia takut, dia takut akan kehilangan istrinya saat melahirkan nanti, sama seperti saat dia kehilangan istri pertamanya.
Awalnya dia memang berusaha mengenyahkan pikiran itu, bahkan dia menyetujui keinginan istrinya untuk memiliki anak. Dia pikir traumanya sudah sembuh. Nyatanya saat testpack bergaris dua itu benar-benar nyata ada di depan matanya, hatinya justru tidak siap. Dia bahkan tidak menyangka kalau istrinya akan hamil secepat ini.
"Hallo anak Ummi, tumbuh yang sehat ya, sayang."
Suara sapaan itu terasa begitu menyayat hatinya. Suara bahagia itu, akankah dia sanggup kalau nanti dia akan kehilangan itu?
Tidak, dia tidak akan sanggup!
***
"Ente, mau langsung pulang?" tanya Dika--rekan kerja di kantor tempat Azril bekerja. Ya, selain bekerja sebagai pemateri seminar bisnis atau pengisi pengajian, Azril juga bekerja di kantor yang telah membesarkan namanya sejak masih kuliah dulu.
Azril menggeleng, dia belum siap bertemu dengan istrinya. Dia butuh waktu untuk sendiri. Mungkin lebih baik dia pulang larut malam, agar istrinya itu sudah tidur. Tapi dia harus menghabiskan waktu ke mana, mengingat ini masih pukul setengah tujuh.
"Di masjid depan ba'da isyak ada pengajian, mau sekalian ikut?" Seperti pucuk dicinta ulampun tiba, tawaran dari Dika benar-benar membuat Azril mengembangkan senyum. Lalu dia mengangguk antusias.
Di sinilah mereka berada, di Masjid Al Furqon yang terletak tepat di depan kantornya, Azril dan Dika tengah mengikuti kajian siroh dengan tema 'Good Looking Dihyah Al Kalbi' oleh Ustadz Rivai. Salah satu sahabat Rasulullah yang malaikat Jibril sampai menyerupai wajahnya saat menemui Rasulullah.
Yang paling populer dari Dihyah, dia orang paling ganteng di Madinah. Dia berasal dari Bani Kalb (suku anjing). Di Indonesia panggilan anjing ini memang terkesan seperti mengumpat dan terdengar kasar, padahal di Arab sana anjing itu bukanlah sesuatu yang kasar. Makanya, dinamai suku anjing karena anjing memang memiliki kelebihan tertentu seperti ; penciumannya yang tajam dan pandai berburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MERINDU SURGA
Novela JuvenilKetika kamu meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberikan ganti yang lebih baik. Wafiq percaya itu. Sejak hidayah Allah menyapanya, ia mulai merindukan surga. Ujian demi ujian semakin menguatkannya. Hingga Allah hadirkan kembali f...