Saat kamu sudah menikah yang harus ditaati adalah suami. Tapi ketika kamu belum menikah, peran orang tua lebih dari calon suami.
-MERINDU SURGA-
🍁🍁🍁
"Kamu mau menikahi duda? Yang benar saja?!!!" teriak Bunda yang langsung membuatku menunduk.
Aku benar-benar tidak menyangka Bunda akan berkata seperti itu. Mataku melirik ke arah Ayah yang terlihat menahan marah. Ku lihat ia memejamkan matanya sesaat kemudian beralih menatapku. Ia mengangguk, seolah meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja.
"Sayang, kita bisa bicarakan baik-baik," kata Ayah pada Bunda. Ia mengusap-usap punggung Bunda kemudian menariknya untuk duduk di kursi.
"Pokoknya Bunda tetap tidak setuju, apa kata tetangga nanti?" kata Bunda kekeuh. Masih bersikeras menolak Mas Azril, yang kini berstatus sebagai calon suamiku.
"Jangan pikirkan apa kata tetangga Bun, yang terpenting anak kita bahagia," kata Ayah berusaha meyakinkan Bunda.
Bunda menggeleng keras, "Bunda bisa carikan jodoh yang masih lajang, yang cocok buat Wafiq," katanya yakin.
Aku baru saja hendak membuka mulut untuk menolak, tapi Ayah langsung menggeleng. Ah aku paham, pasti Ayah ingin aku diam saja. Ada pepatah, seseorang yang sedang marah tidak butuh mendengarkan penjelasan atau sanggahan apapun dan dari siapapun.
Ayah mengangguk, "Bunda yakin?"
"Yakin. Wafiq, Bunda mohon. Kamu bilang sama nak Azril kalau kamu menolak lamarannya ya?" Bunda menatapku penuh harap.
Nyaliku menciut tapi tetap ku beranikan diri menatap Bunda. "Tapi Bun...."
"Turuti saja apa kata Bundamu ya Nak." Kali ini Ayah yang bicara, penuh tekanan seakan tidak menerima penolakan.
Aku menunduk sedih. Bahkan pandanganku sudah mulai buram tertutup air mata yang menggenang di kelopak mataku. Ku dongakkan kepalaku, berharap air mata yang hendak menetes bisa enyah begitu saja.
Kecewa itu tetap ada. Namun bagaimanapun mereka adalah orangtuaku, aku harus menurut. Tapi tetap saja otakku masih bertanya-tanya, memangnya apa yang salah dengan seorang duda?
🍁🍁🍁
Ada yang bilang, kalau belum jodoh itu memang ada aja halangannya. Berarti secara tidak sengaja aku sudah menganggap orangtuaku sebagai penghalang ya? Aku langsung menggelengkan kepalaku kuat-kuat.
"Astaghfirullah, ikhlas. Mungkin memang belum jodoh," kataku pada diri sendiri sambil mengusap dada yang terasa sedikit sesak.
Hari ini aku janjian bertemu dengan Ummu Aisyah, hendak menyampaikan kalau akhirnya aku menolak Mas Azril. Berat banget rasanya, terlebih saat mengingat wajah ceria Rayhan.
Bagaimana nantinya jika Rayhan tahu kalau dia nggak jadi punya Bunda? Ah, membayangkan saja aku tidak sanggup.
"Assalamu'alaikum Wafiq," sapa Ummu Aisyah. Sapaannya menyadarkanku dari lamunan tentang Rayhan.
"Eh, wa'alaikumsalam Ummu," balasku sambil tersenyum ramah. Aku langsung menyambar tangan Ummu lalu menciumnya takzim.
"Silahkan duduk Ummu," ucapku mempersilakan. Untungnya kali ini masjid sedang sedikit lenggang.
Ya, Ummu memang mengajak bertemu di masjid. Katanya, masjid adalah tempat yang tenang untuk berdiskusi.
Ummu mengangguk. Kami sengaja memilih duduk di taman masjid yang memang sangat sejuk dan indah. Ditambah dengan adanya air mancur di tengah taman menambah suasana romantis.
KAMU SEDANG MEMBACA
MERINDU SURGA
Ficção AdolescenteKetika kamu meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberikan ganti yang lebih baik. Wafiq percaya itu. Sejak hidayah Allah menyapanya, ia mulai merindukan surga. Ujian demi ujian semakin menguatkannya. Hingga Allah hadirkan kembali f...