Chapter 14

9.2K 1.5K 420
                                    

Terakhir kali, entah kapan tepatnya, hanya saja itu terasa jauh lebih lama dari bayangannya saat ini. Mungkin pertengahan musim panas empat tahun lalu, ya, itu pun jika tidak salah menghitung. Tetapi ketika dia mencoba memikirkannya berulang kali, memang tidak salah, Kim Taehyung sudah banyak berbohong padanya sejak saat itu. Ia bahkan kehabisan jemari untuk menghitung sisa kebohongan Taehyung yang masih menumpuk.

Naeul ingat, ketika musim panas empat tahun lalu, ketika dirinya jelas mendengar suara aneh saat menelepon Taehyung di tengah malam yang panjang ketika mereka terpisah diantara pulau juga lautan yang membentang, diantara jutaan langit juga waktu yang sulit, Naeul hanya mensugesti diri sendiri berulang kali, kendati duduk diam selama hampir semalaman dengan noda kopi yang mengenai tsirt-nya, juga sisa-sisa ampas kopi yang menguap, Naeul hanya mencoba menghilangkan asumsi di dalam kepalanya, padahal jelas, dia menelepon tengah malam akibat rindu yang menyerang hebat, sementara Taehyung tengah menggumuli wanita lain.

Naeul hanya tidak tahu, bahwa ketika sambungan telepon mereka terhubung, sementara mereka bertukar cerita juga kebingungan Naeul ketika mendengar suara Taehyung yang terdengar aneh, bising lain yang seolah ditutupi, kemudian ada desahan lain diujung sana, wanita itu hanya tidak mengetahui bahwa Taehyung tengah menjawab telepon darinya, seraya tengah menuju puncak pelepasan, menghujam tubuh dengan banjir peluh, bersetubuh dengan wanita lain, sementara dia menelepon istrinya.

Ya, andai saja Naeul tahu atau mungkin sedikit lebih peka. Well, sekarang dia baru saja menyadarinya. Tetapi alih-alih terluka, wanita itu justru merasa kasihan pada dirinya sendiri, berharap dia punya sedikit banyak kekuatan untuk kemungkinan terburuk lainnya, dan mungkin lebih dari itu, Naeul hanya tengah mencoba melangkah dengan begitu berhati-hati, menyiapkan banyak pertahanan sebelum tenggelam di dalam kubangan airmata.

Entah sudah berapa lama Naeul jatuh tertidur di dalam bathtup berisi air yang mengisi separuh dari sisa tubuhnya, yang Naeul tahu, dia terjaga begitu saja ketika merasa sekujur tubuhnya terasa mati rasa juga kebas.

Pergelangan tangannya masih mengirim nyeri, tetapi tidak seberapa ketimbang pening yang menghantam kepalanya. Naeul duduk di dasar bathup, seperdua air yang mengisi kekosongan bathup tumpah membentur lantai kamar mandi yang dingin, ada banyak suara percikan air saat dia menegakkan punggungnya yang pegal. Mengusap wajahnya yang muram, dia justru duduk diam sejenak di sana selama beberapa sekon, menatap langit-langit kamar mandi, terkadang menatap lututnya kemudian tersenyum getir, merasakan kepingan hatinya kembali dihancurkan menjadi serbuk terkecil.

Airmatanya lagi-lagi tumpah saat menyadari bahwa tidak ada lagi tempat baik di sana. Dunia manis penuh kembang gulanya berubah. Naeul hanya tahu bahwa dia hanya seorang diri saat ini. Ya, dia benar-benar seorang diri, tanpa siapapun.

Kepalanya menunduk menyentuh lututnya yang bergerak gelisah karena kedinginan, bukannya segera beranjak, Naeul justru duduk lebih lama bersama sisa tangisnya yang belum selesai.

Naeul terluka. Dia benar-benar terluka akibat perbuatan Taehyung. Dia hanya tidak dapat mengerti situasi seperti apa dan harus melakukan apa untuk memperbaiki semua hal yang dia pikir benar-benar salah di sana, tetapi semuanya sudah jauh terlambat, tidak ada yang bisa diperbaiki di sana.

Tubuhnya bergerak gelisah, sementara Naeul kesulitan membedakan antara rasa sakit yang menyakiti pergelangan tangannya, juga pada dadanya yang diisi sesak. Ia hanya terisak lebih lama dari perkiraannya, kemungkinan sampai matanya membengkak sempurna, barulah kaki kecil yang rapuh itu benar-benar beranjak keluar dari dalam kamar mandi, setelah memastikan bahwa Taehyung benar-benar terlelap.

HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang