Gemuruh merangsek naik ke atas permukaan, kemudian menggelegar hebat. Dapat terdengar bagaimana gemuruh terlihat jelas mencoba untuk mendominasi suara hujan yang menyerang atap dengan gaduh, tetapi Jimin masih dapat dengan jelas mendengar derit pintu yang dibukanya dengan sedikit berjengit.
Hujan datang lagi, ya? Ah, Jimin lupa menyadari bahwa sejak kemarin langit berubah kelabu.
Cuaca semakin kacau. Hujan datang tanpa permisi, membuat suasana menjadi semakin memburuk, seakan-akan tahu dimana ia harus turun kemudian menciptakan sendu yang merangsek naik memenuhi atmosfir. "Hei," melangkah mendekat dengan pelan sekali─nyaris tidak menimbulkan bunyi apapun. "Belum tidur?" matanya tersenyum tipis saat berdiri di sisi tempat tidur.
Ini tidak mudah. Jimin bahkan kehilangan cara baik untuk meminta Naeul menanggalkan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Ia masih di sana, duduk pada sudut tempat tidur yang dingin dengan selimut yang menutupi kepala hingga setiap bagian terkecil dari tubuhnya, hanya duduk sepanjang hari hingga membuat Jimin nyaris gila sebab Naeul sama sekali tidak menyentuh makanannya.
Luka yang ditinggalkan oleh orang yang sangat dikasihi adalah luka yang paling sulit untuk disembuhkan, begitu kira-kira yang Jimin tahu. Dia mendadak menjadi paham betul.
"Aku boleh mendekatimu?"
Jimin tidak mendengar apapun sebagai jawaban, ia hanya mencoba merangsek mendekat─sedikit mempersempit jarak, tetapi alih-alih berhasil, Jimin justru melihat Naeul bergerak menjauh, semakin menyudutkan tubuhnya hingga Jimin dapat mendengar suara gemelatuk tulang dari punggung wanita itu.
"Baiklah, baiklah. Aku hanya akan berdiri di sini. Jangan takut, aku tidak akan mencoba menyakitimu. Sungguh."
Naeul sendiri hanya mencoba menahan napas. Dadanya terasa nyeri melihat bayangan Jimin yang bergerak di balik selimut yang menjadi alat perlindungan terbaik yang ia miliki di tempat ini, kemudian menyadari ujung kakinya menyembul keluar saat ia merangsek menjauh, membuat Naeul buru-buru mundur, menyudutkan tubuh hingga terdengar bunyi seperti tulang yang remuk dari balik punggungnya.
Tidak, jangan mendekat. Tinggalkan aku sendiri. Kumohon.
"Kau akan baik-baik saja di sini. Aku berjanji."
Pipinya masih nyeri, sudut bibirnya yang koyak juga masih mengirimkan rasa sakit yang hebat. Tetapi lebih dari itu semua, Naeul hanya merasakan seluruh bagian di dalam dirinya nyaris hancur berkeping-keping. Ia takut sangat ketakutan ketika menyadari bahwa ia duduk di sini seorang diri, membuat ingatan masa lalu itu kembali, mendadak membuat perutnya bergolak mual tatkala mengingat bagaimana aroma anyir darah yang menyerap masuk ke dalam penciumannya hingga berhenti pada dasar paru-paru. Ada aroma terbakar, tetapi yang paling ia ingat adalah bagaimana bayangan wajah Taehyung yang memeluk wanita itu, amarahnya yang memuncak, suara langkah kakinya bergerak gusar, juga tatapan serta tamparan kerasnya, semuanya masih berputar dengan baik di dalam kepalanya, seperti sebuah kilas balik. Dia melihatnya dengan jelas,hingga membuatnya nyaris gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hellebore
Fanfiction[SUDAH DIBUKUKAN] [COMPLETED] Kim Taehyung selalu mengatakan pada diri sendiri bahwa dia telah melakukan semua hal dengan amat baik. Ketika senja di penghujung musim panas yang menyengat, dia berubah menjadi lelaki hipokrit, kemudian mulai berpikir...