Chapter 41

8.9K 1.2K 351
                                    

Mungkin untuk beberapa alasan dalam hidup, Naeul benar-benar tidak dapat menjelaskan atau bahkan menjabarkan mengapa dia bisa berada di tempat ini meski dengan masa lalu yang sudah benar-benar mati─nyaris tak bersisa. Tetapi dia bersyukur, mungkin Tuhan tahu bahwa dia perlu untuk menyaksikan sendiri bagaimana keadilan itu dapat berlaku pada dirinya meski dia tidak harus melakukan hal bodoh dengan menggorok leher sendiri kemudian mati dan berharap saat ia hidup untuk kedua kalinya, semuanya jauh lebih baik dari hidup sebelumnya.

Dia tidak butuh mati yang sesungguhnya, dia hanya perlu mati sekali tentang masa lalu, kemudian hidup lebih baik saat ini untuk menyaksikan semua kehidupan baik yang bisa ia dapatkan tanpa benar-benar mengubur jasadnya untuk dimakan oleh cacing tanah. Rasanya luar biasa. Sangat. Hal ini mungkin tidak akan pernah ia lupakan sampai mati.

"Kau baik-baik saja?" Mengerti atas kerisauan wanita di sisinya, Jimin mungkin diberikan hati dengan kelebihan rasa peka sehingga tahu bahwa Naeul mendadak menjadi tidak tenang. "Apa kita pergi saja dari sini?"

"Tidak." Menahan jemari Jimin yang hendak bangkit dari tempat duduknya, wanita itu menggeleng pelan, masih berusaha menampilkan sebuah senyum kendati merasa lidahnya berubah menjadi lebih kelu. "Aku baik-baik saja."

Jimin mungkin tidak dapat banyak berbicara saat itu, tetapi wajahnya dapat mengatakan semuanya, termasuk bagian kau yakin baik-baik saja? dan hal itu tentu membuat Naeul merasa sedikit lebih baik. Ini hanya hal kecil yang bisa ia tangkap, tetapi rasanya sukses besar untuk membuat dadanya berdesir nyaman. Jimin benar-benar memberikan perhatian pada dirinya dengan baik, meski hanya dengan menunjukkan perhatian-perhatian kecil yang menurut Naeul selalu berhasil membuat dirinya diam-diam menggigit bibir bagian dalam saat merasakan hormon endorfinnya meningkat.

Bohong. Aku tidak akan pernah baik-baik saja. Dia ingin sekali mengatakan hal tersebut, tetapi mengingat reaksi Jimin yang mungkin agak sedikit berlebihan, Naeul menolak untuk berbicara jujur. Wanita itu tahu bagaimana sikap bar-bar Jimin yang mungkin saja akan menariknya pergi dengan sangat cepat, sukses menarik seluruh perhatian, jadi, dia bisa sedikit berbohong hanya untuk dapat berada di dalam sana cukup lama, setidaknya sampai ia tahu dan memastikan sendiri bahwa semuanya benar-benar sudah selesai.

Jimin sudah kembali duduk, tetapi tatapannya tidak pernah lepas, terus menatap lekat pada Naeul yang duduk tertunduk dengan hati gelisah. Jadi pria tersebut kembali meraih jemari si wanita yang hendak pergi dari telapak tangannya, menggenggamnya hangat, sementara jemari lain tetap tinggal di atas kedua tangan mereka yang saling bertautan. Tidak apa-apa. Sekarang, semuanya sudah tidak apa-apa. Anehnya, kalimat yang Jimin ucapkan melalui hati itu berhasil menyentuh telinga Naeul dan diam-diam membuatnya merasa benar-benar jauh lebih baik dari yang bisa ia duga.

"Apa anda mengakui tentang hal ini, Nyonya Han?" Jaksa penuntut umum sudah mengeluarkan beberapa tuntutan terhadap Han Sua sejak satu setengah jam yang lalu, anehnya, wanita sinting itu tidak mengakui hal tersebut. Meski dia sudah menyewa seorang pengacara hebat sekalipun, menyangkal untuk semua hal yang sudah dia lakukan di masa lalu, tetapi pada akhirnya jaksa penuntut umum tetap akan memenangkan beberapa tuntutan dengan adanya bukti, juga kurangnya saksi yang dapat memberatkan dakwaan.

Sua terbukti melakukan percobaan pembunuhan atas Naeul. Dia menyangkal, tetapi bukti cctv dari pantauan lalu lintas menjadi bukti jelas, pun kesaksian dari Nyonya dan Tuan Kim yang saat itu menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Sua berlari kesetanan, menerjang kerumunan, sebelum akhirnya mendorong Naeul hingga mengalami kecelakaan dan melarikan diri dari tempat tersebut dengan sangat cepat.

HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang