"Tae, makanannya sudah siap."
Naeul masuk ke dalam kamar setelah selesai mengerjakam kesibukan mutlaknya sebagai seorang istri yang baik. Taehyung yang kelelahan berbohong, tengah terlelap di atas kasur, tidak terganggu sedikit pun saat Naeul memanggilnya untuk makan malam.
Naeul sempat berhenti pada ambang pintu, tangannya mencoba berpegangan pada bingkai pintu ketika melihat bagaimana tenangnya Taehyung terlelap sedang isi kepalanya seperti dibombardir dengan kenyataan yang masih sulit untuk ia percaya. Bagaimana bisa Taehyung membohonginya?
Kaki kecilnya melangkah ke arah Taehyung yang tidur dengan cukup nyenyak. Napasnya naik turun secara teratur, wajahnya setenang air danau hingga membuat Naeul lagi-lagi tidak menyangka bahwa Taehyung akan melakukan hal ini padanya. Jemarinya menyentuh puncak kepala Taehyung, anak rambutnya terasa lembut membuat Naeul tenggelam dalam perasaannya seorang diri. Berulang kali ia menatap wajah itu, berulang kali juga ia merasakan sakit yang teramat sangat.
Mengapa Taehyung tega melakukan hal ini?
Taehyung terjaga saat Naeul sedikit terisak, wanita itu segera membenahi diri sebab tak ingin ketahuan karena ia masih punya satu rasa penasaran yang belum terjawab. Taehyung menahan pergelangan tangan istrinya yang hendak bangkit memunggunginya, kerutan tercetak pada dahinya.
"Hei, Sayang, ada apa? Kenapa menangis?"
Bokong Naeul kembali menemui permukaan kasur. Ia tersenyum lembut saat mengusap air mata yang menggenangi pelupuk matanya.
"Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja, Tae."
Tangan hangatnya mengusap pipi Taehyung lembut, ada perasaan menyakitkan saat menyentuh pria itu, tetapi Naeul tidak benar-benar mengerti karena apa. Puncak musim semi masih cukup jauh, tetapi Taehyung menemukan kenyamanan absolut saat Naeul mengusap pipinya lembut seperti ada kekuatan hebat yang mempengaruhi perasaannya saat merasakan kehangatan itu, rasanya bahkan tidak pernah berubah. Matanya memejam, tangannya ikut diletakkan tepat di atas milik Naeul yang masih hangat mengusap wajahnya, menekan telapak tangan mungil itu memeluk sisi pipinya lebih dalam, senyumnya mengembang lembut. Melihat hal ini membuat Naeul menggigit pipi bagian dalamnya demi berupaya agar tidak menumpahkan air matanya di depan Taehyung.
Sekejap Naeul menemukan kembali perasaan kecewanya yang berubah rindu. Entah mengapa ia benar-benar merasa merindukan Taehyung.
Tubuhnya erat dipeluk Taehyung, keduanya hanya tenggelam di dalam hening. Hanya ada suara napas mereka yang saling beradu di antara dua perasaan yang saling tumpang tindih. Merasakan Taehyung mendekapnya erat membuat Naeul benar-benar kehilangan pertahanannya. Bagaimana jika ia tidak akan merasakan kehangatan ini lagi esok? Bagaimana jika Taehyung benar-benar meninggalkannya? Semua pertanyaan itu membuat Naeul tidak mampu membendung sudut kesakitan pada matanya. Ia terisak pelan pada bahu Taehyung yang lebar.
Sang suami cepat menyadari. Perasaannya tidak tenang saat mendengar wanitanya terisak. Taehyung mengendurkan pelukan mereka, ada sedikit spasi yang tercipta saat Taehyung di sana hanya diam memerhatikan betapa besar kekhawatiran istrinya.
Melihat itu semua membuat hati Taehyung merasa sesak. Ia sedikit membuka mata dan sadar, tak selamanya ia hidup seperti ini dengan menduakan Naeul.
Taehyung ditempatkan pada pilihan tersulit, mempertahankan pernikahan dengan Naeul lalu membuang cintanya pada Sua jauh-jauh atau melanjutkan sisa hidupnya bersama Sua lalu meninggalkan Naeul?
Tetapi mengingat tidak ada yang membuatnya bertahan, tidak ada bahkan tentang bayi mungil atau perasaan Naeul padanya membuat hati Taehyung tahu dengan benar siapa seseorang yang sangat ia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hellebore
Fanfiction[SUDAH DIBUKUKAN] [COMPLETED] Kim Taehyung selalu mengatakan pada diri sendiri bahwa dia telah melakukan semua hal dengan amat baik. Ketika senja di penghujung musim panas yang menyengat, dia berubah menjadi lelaki hipokrit, kemudian mulai berpikir...