Chapter 26

9.3K 1.4K 388
                                    

Di bawah senja yang merangsek turun membentang di atas kepala, juga tiupan kecil angin musim gugur yang membuat Taehyung menjadi sedikit tersentak merasakan sesuatu yang dingin menerpa kulitnya secara perlahan, Taehyung dapat melihat Naeul menyungging senyum manis tatkala menatap langit senja yang indah.

Sejenak dadanya terasa begitu sakit, ketika kehilangan cara untuk bertahan di sana lebih lama, bagaimana dia harus kehilangan wanita yang paling ia cintai di dunia ini yang membuat dadanya menjadi sedikit sesak─ah, atau mungkin karena angin dingin yang membuatnya menjadi sesak, dua kemungkinan yang masuk akal untuk diamnya ia di sana dengan raut wajah muram. Anehnya, senyuman tipis yang tersungging di atas kedua belah bibirnya masih bertahan beberapa sekon sebelum ia menundukkan kepala demi menatap sebuah benda mungil yang melingkari jari manisnya.

"Pada kenyataannya, aku bahkan masih tidak dapat melepaskan benda ini dari jariku." Ia tersenyum sebentar tatkala memejamkan kedua netra rapat ketika merasakan perasaannya perlahan bergerak menukik tajam membawa seluruh emosinya meluncur bebas di atas sebuah roda kenyataan.

Taehyung mendadak merasa setengah geli sendiri ketika mengingat bahwa justru dia lah yang ingin mengakhiri semua hal ini secara cepat, tetapi terlambat menyadari bahwa ada banyak perasaan yang tertinggal untuk Naeul yang tidak akan pernah dapat ia tepis dengan mudah.

Melirik benda itu, menyentuhnya lembut mau tidak mau membangkitkan sebuah kenangan di dalam kepala. Taehyung mungkin tidak akan pernah melupakan pertemuan pertama mereka dulu. Naeul yang berjalan dengan langkah pelan, sementara angin menerpa tubuhnya dengan pelan, membuat surai hitam sepunggungnya yang digerai terbang pelan terbawa angin, kemudian aroma parfum yang ia kenakan, semuanya membuat Taehyung mendadak merindukan wanita itu sangat dalam.

Taehyung menjadi lemah mengingat semua hal tersebut, dia tahu bahwa tidak ada kalimat paling baik untuk mengungkapkan bagaimana ia mendadak menjadi sangat merindukan kehadiran Naeul, sementara faktanya, ia adalah alasan satu-satunya mengapa ia mencoba mendorong wanita itu pergi menjauh. Lucu sekali, ini terlihat seperti sebuah ironi.

Ah, andai saja semuanya tidak terjadi, apakah Taehyung masih dapat berharap untuk bisa tetap bersama Naeul? Tetapi kembali membayangkan semua hal yang sudah ia lakukan membuat Taehyung menyadari bahwa, kemungkinan terbesar yang ia miliki saat ini adalah penolakan keras yang akan Naeul berikan untuknya.

Tidak apa-apa, mungkin dia pantas mendapatkannya.

Mungkin dengan cara seperti inilah Taehyung dapat dengan mudah menghukum dirinya sendiri atas semua kesalahan yang pernah ia lakukan pada satu-satunya wanita yang ia sadari dengan cara yang sedikit terlambat menjadi satu-satunya wanita terbaik yang ia miliki.

"Jika waktu berubah, jika semua ini tidak pernah terjadi, apakah aku masih memiliki kesempatan untuk tetap berada di sisimu?"

Taehyung mencoba sebisa mungkin untuk tidak mengeluarkan suaranya yang mendadak terdengar begitu lirih. Seakan-akan semua hal yang berlalu beberapa hari ini membuat seluruh kekuatannya nyaris menghilang, menyisakan sekat-sekat kosong yang justru diisi oleh kenangan manis di masa lalu yang menyakitkan. Ia masih mencobanya, tetapi ketika merasakan nyeri mendadak menyerang dadanya, Taehyung kehilangan cara terbaik untuk tidak tersenyum dengan cara yang kelewat menyedihkan kemudian membiarkan air matanya luruh di sisi pipinya yang tirus, terus jatuh menuruni wajahnya kemudian mendadak berhenti di sudut dagunya, sebelum jatuh membasahi telapak tangannya yang terbuka.

Mendongakkan kepalanya, Taehyung mendadak merasakan seluruh semesta terlihat mengingatkannya tentang Naeul, senja yang hampir habis di atas kepalanya mengirimkan bayangan wajah Naeul yang tersipu manis menatap kearahnya ketika ingatan bagaimana ia melamar gadis itu membuat pria tersebut menjadi melupakan cara untuk tetap bertahan tanpa harus menangis.

HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang