Chapter 01

33.4K 2.8K 365
                                    

Lima tahun bukan waktu yang singkat untuk menjalin hubungan. Bukan juga waktu yang sebentar untuk menaiki pilar tinggi rumah tangga. Ada ribuan hari yang bisa dibagi bersama, menyelami perasaan masing-masing, tenggelam di dalam banyak pasang-surut, tertawa, juga menangis, namun tidak sekalipun suara mereka naik oktafnya. Bagaimana pun rumit masalahnya, masing-masing dari mereka tidak memiliki suara yang lebih tinggi satu sama lain.

Lima tahun cukup untuk  Taehyung mengenal Naeul. Mengenal apa kebiasaannya, makanan apa yang menjadi favoritnya, tontonan apa yang ia sukai, dan bagaimana cara paling menyenangkan yang bisa Taehyung berikan padanya.

Namun terkadang Taehyung merasa benar-benar tak mengenalinya.

Ini bukan tentang Naeul, tetapi tentang dirinya sendiri. Hal yang wajar, klise atau mungkin kita tidak benar-benar mengenal seseorang seperti telapak tangan sendiri, pikir Taehyung.

Dan di sinilah mereka, berada jauh dari garis awal, lima tahun cukup jauh untuk berlari, tetapi Taehyung hanya tidak tahu sampai di titik mana ia dapat menemukan garis akhir atau apakah ia dapat melaluinya bersama. Sampai akhir. Bersama. Taehyung tidak benar-benar tahu.

Hubungan mereka tidak begitu sulit, tidak juga begitu mudah. Ada kalanya bara api terbakar akibat angin kencang, tetapi keduanya sama-sama memiliki cara yang baik untuk berpisah dari pertikaian. Mereka jauh dari baik-baik saja, jarang bertengkar meski Taehyung memiliki waktu yang sulit untuk ditemui pada hari kerja, terlebih saat ia harus lembur dan melakukan perjalanan bisnis. Sebagai penebusnya, panggilan telepon yang panjang akan memanaskan daun telinga hingga hari berganti, tak henti saling melempar kerinduan, tak berhenti mengungkapkan bahwa hari haruslah cepat berganti agar mereka dapat bertemu.

Mereka baik-baik saja. Sepakat untuk menjaga apa yang menjadi milik mereka, senyuman dan tawa milik mereka. Dua cangkir cokelat panas di hari berhujan. Satu nampan roti hangat buatan rumah yang baru keluar dari oven. Jendela yang basah karena embun. Tidak lupa jemari Taehyung yang dingin bertaut pada milik Naeul, hangat.

Hubungan mereka seperti itu.

Mereka baik-baik saja, ya 'kan?

"Selamat pagi."

Pikiran Taehyung mendadak dimatikan secara sepihak dan Taehyung juga seketika terkesiap kaget setengah mati. Pria itu buru-buru mengecup pipi kanan lawannya, mendekapnya erat seolah esok ia akan pergi sangat jauh, melirik jam pada dinding sebelum memejam erat. Sekarang masih pukul delapan pagi, waktu yang cukup awal untuk mengawali hari, tidak perlu terburu-buru, hari sabtu akan selalu menjadi waktu menunggu lebih panjang untuk kembali pada awal minggu.

"Hm-mm selamat pagi, Sayang." Suaranya masih terdengar parau. Begitu dalam dan selalu mampu menenggelamkan waktu begitu lama.

Naeul tidak cepat bergerak seperti biasanya, kendati sesak memenuhi dadanya, dia tidak cepat-cepat menyerah pada pelukan Taehyung. Kendati harus menghabiskan banyak waktu untuk membujuk lelakinya bangkit jika begitu sulit, Naeul tidak buru-buru menyesali paginya yang selalu diisi dengan kehangatan pelukan Taehyung, tentang suara beratnya yang mampu menggetarkan setiap sisi tubuhnya.

Sejenak ia dapat merasakan Taehyung mengecup puncak kepalanya dengan begitu lembut, beralasan tentang musim dingin kali ini membuatnya kesulitan untuk bergerak, tetapi lebih dari itu Taehyung butuh alasan yang lebih masuk akal untuk tetap meletakkan medan magnetnya di atas kapuk sebelum Naeul menarik telinganya seperti yang sudah-sudah terjadi.

Kakinya melingkar pada milik Naeul cukup erat saat itu. "Aku pikir bagaimana jika menghabiskan seharian penuh dengan bergelung di dalam selimut yang sama? Kita punya banyak hal untuk dibicarakan berdua, bagaimana?"

HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang