Chapter 32

8.6K 1.3K 598
                                    

Jangan bosen ya :')

Kita pelan-pelan tapi pasti aja pokoknya :')

Minta peluknya dong bagi yang masih semangat bareng aku di sini? :')

Ps. Gift manis udah selesai desain. Tinggal desain cover dan selesaikan naskah. Apa kalian siap?

###

Mungkin ini adalah hidup sempurna yang Sua bayangkan selama ini. Hanya saja... mungkin juga dia harus sedikit bersabar. Ya, dia hanya perlu bersabar sampai Taehyung selesai dengan semua kesibukannya, kemudian mereka akan benar-benar akan melangsungkan pernikahan yang sesungguhnya.

Memangnya apalagi yang bisa menghalangi rencananya saat ini? Dia sudah menyingkarkan semua kemungkinan terburuk dengan cara teramat baik, bahkan sampai pada hal terkecil sekalipun. Jadi, dia hanya perlu bersabar untuk menuai apa yang sudah ia tabur saat ini.

Taehyung hanya akan menjadi miliknya, Naeul sudah mati dan dia tidak perlu merasa was-was.

"Mama punya kabar baik? Sooji senang lihat Mama banyak tersenyum." Gadis kecil bersurai legam sepunggung itu nyaris melebarkan tawanya tatkala melihat pantulan bayangan sang ibu dari cermin yang duduk tepat di belakangnya, tetapi buru-buru terkekeh pelan saat wanita berkulit pucat itu meletakkan satu jari tepat di atas bibir, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara beroktaf tinggi sehingga membuat Taehyung terjaga.

Aroma penekuk pisang yang ia masak beberapa menit yang lalu mulai tercium bahkan sampai ke dalam kamar. Dia sudah selesai menyiapkan sarapan pagi sekitar sepuluh menit yang lalu. Sebelum membangunkan Taehyung, dia akan menata rambut Sooji lebih dahulu.

"Mama hanya sedang merasa sangat senang." Dia menjawab cukup singkat, masih menggantung senyum bahagia pada kedua sudut bibir sembari sibuk menyatukan tiap helai surai sang putri yang duduk dengan baju terusan berwarna putih yang manis.

"Apa itu karena Sooji? Atau karena Papa?"

Sua menatap sang putri, menggigit bibir bawah saat menjawab pelan─setengah berbisik. "Mama senang karena Sooji sudah tumbuh besar sekarang. Lihat," wanita itu memegang kedua bahu putrinya lembut, menatap ke dalam bola matanya yang berbinar menggemaskan seraya berusaha untuk berbisik pelan pada telinganya. "rambut Sooji sudah sepanjang ini sekarang. Itu artinya, Sooji sudah cukup pandai untuk mengerti satu hal."

Gadis kecil yang surainya kini sudah terkuncir dua dengan cara yang manis terlihat menatap ibunya bingung. Dalam tatapannya ia berusaha mencerna setiap penggal kalimat sang ibu dengan sedikit kepayahan, otaknya masih sangat kecil, tetapi dia ingin mengerti semuanya dengan amat baik agar dapat memahami bagaimana perasaan bahagia sang ibu dapat mengalir pula ke dalam lapisan nadinya. "Apa itu?" Dia bertanya pelan sekali.

Sua hanya menggantung senyum tipis, sedikit melirik Taehyung yang sepertinya masih tertidur pulas, kemudian mengatakannya pada sang anak dengan nyaris berbisik. "Sooji harus pintar. Jadi, dengan kepintaran itu Sooji dapat menggenggam semua hal yang Sooji inginkan, sayang."

Mungkin gadis kecil itu benar-benar tidak berbohong tentang kebingungan yang tengah ia rasakan, jadi, ketika ia hanya terdiam, lantas menatap ke dalam kedua netra kelam Sua yang menatap lurus ke arahnya, mendadak ia dapat merasakan sesuatu yang aneh bergerak di balik punggungnya saat melihat sang ibu buru-buru menukar senyum anehnya dengan senyum paling manis yang pernah ia lihat, kemudian mendengar, "Sooji harus bisa melakukan banyak hal untuk mendapatkan keinginan Sooji. Lakukan semuanya, apapun itu untuk mendapatkannya, meski dengan hal menyakitkan sekalipun."

Mungkin saat itu Sooji hanya dapat menatap Sua dengan segudang kebingungan. Otak anak lima tahun itu masih belum mampu mencerna situasi dengan amat baik, jadi, dia hanya tersenyum seolah dia benar-benar mengerti tentang apa yang ibunya katakan, kemudian kembali melanjutkan merapikan pakaian gadis kecil itu sebelum mendengar ponsel milik Taehyung berdering. Dia mengintip, sedikit merasa kesal ketika tahu bahwa wanita tua yang mungkin akan menghambat rencananya untuk mendapatkan Taehyung kini tengah berusaha mengganggu paginya.

HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang