Genggaman tangan Taehyung selalu terasa hangat, entah apa yang terjadi, hanya saja Naeul merasa seperti ada sebuah pemanas yang Taehyung selipkan di antara telapak tangannya sehingga miliknya selalu terasa hangat. Hal ini pula yang akan Naeul rindukan jika Taehyung pergi untuk jangka waktu yang tidak bisa ia pastikan jika menyangkut soal pekerjaan.
Celah jemari gadis itu akan kosong dan dingin tanpa Taehyung.
"Apa kau benar-benar menyukai ketika tanganmu kugenggam seperti ini? Aku melihat sejak dulu kau akan selalu tersipu ketika aku melakukannya untukmu."
Taehyung tengah duduk di sisi Naeul saat ia mengatakan hal itu. Tangannya menggenggam milik Naeul erat, ruas jemarinya terkunci sempurna diantara milik wanita itu. Irisnya menatap lekat, kepalanya sedikit dimiringkan saat berhasil membuat wanitanya kembali bersemu. Entah apa daya tarik dari sebuah genggaman tangan, hanya saja Taehyung benar-benar tahu bahwa Naeul menyukai tindakan bersentuhan seperti ini.
Dia pernah mengingat suatu waktu, kira-kira musim dingin pertama mereka. Pepohonan ditutupi salju, seluruh sudut kota berubah dingin, jalanan membeku, dan genggaman tangan mereka tetap hangat. Pemuda itu datang begitu cepat setelah dia memintanya untuk datang, saat itu mereka baru memasuki setidaknya setengah tahun dari hubungan berpacaran. Taehyung datang begitu menyelesaikan pekerjaannya, tidak ingin Naeul menunggu lama, tidak ingin gadisnya seorang diri.
Taehyung terlihat terburu-buru saat itu, memegang jemari gadisnya saat mereka bertemu, meniupkan napasnya pada permukaan telapak tangan Naeul bersama tatapan khawatir yang menggantung pada wajahnya. Ia mengatakan banyak permintaan maaf karena datang sedikit terlambat, padahal kenyataannya ia bahkan tepat waktu.
Taehyung adalah pria yang sungguh manis, bukan?
"Aku menyukainya. Sangat. Ini terasa seperti aku benar-benar milikmu."
Dia terkekeh sejenak, menatap wanitanya lembut. "Memangnya selama ini kau atau aku bukan saling memiliki? Apa hanya aku yang merasa demikian?"
Istrinya tertawa mendengar Taehyung mencebik sebal. Naeul tidak bisa untuk tidak mencubit pipi suaminya, mengecupnya ringan seraya memeluk lengannya erat.
"Bukan seperti itu. Aku merasa seperti kau memegangku erat dan tidak akan pernah meninggalkanku." Naeul mengucapkan hal itu seakan-akan menebak seluruh kekhawatiran Taehyung selama ini padanya. "Aku ingin kau terus seperti ini, di sampingku, menggenggam jemariku erat agar aku tahu kau tidak akan pernah meninggalkanku."
Ya. Aku tengah berusaha melakukannya, Sayang. Taehyung tersenyum lembut mengangkat genggaman tangan mereka untuk menggantung pada udara, menatap kelima ruas jemari besarnya yang memenuhi ruas jemari wanitanya yang kecil dan ramping, seperti kedua telapak tangan itu memang telah ditakdirkan Tuhan untuk saling mengisi satu sama lain. Aku berusaha untuk tetap berada di sisimu dan tidak meninggalkanmu. Aku janji.
Dikecupnya lembut punggung tangan Naeul sebelum merengkuh manisnya aroma vanila pada puncak kepala, merasakan kelembutan dan rasa nyaman seketika menguasai seluruh hidupnya.
Taehyung mengerti sesuatu di dunia ini bersifat sementara, hidup mereka jauh dari kata sementara, dan dia benar-benar takut kehilangan Naeul. Sekelebat ingatan mampir pada kepalanya, mengingat banyak hal yang telah mereka rencanakan, tentang menua bersama, melihat rambut mereka perlahan memutih, kerutan pada wajah yang akan mereka hitung setiap terjaga di pagi hari, atau aroma tubuh mereka yang masih hidup, Taehyung ingin melakukan semua hal itu hanya bersamanya.
Pelukannya mengetat, matanya terpejam bersama kerutan yang menghiasi dahinya. Ada banyak ketakutan bersarang di dalam dadanya, tetapi ketakutan terbesarnya adalah kehilangan Naeul karena dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hellebore
Fanfiction[SUDAH DIBUKUKAN] [COMPLETED] Kim Taehyung selalu mengatakan pada diri sendiri bahwa dia telah melakukan semua hal dengan amat baik. Ketika senja di penghujung musim panas yang menyengat, dia berubah menjadi lelaki hipokrit, kemudian mulai berpikir...