Chapter 42

10.8K 1K 366
                                    

Halo, helb's. Maaf yah karena chapter ini sempet ilang kemarin karena unpublish. Ada banyak hal yang aku benahi buat chapter ini, jadi, aku benahi dikit biar kalian ga bingung. So, keep support ya, aku mau liat seberapa excitednya kalian sama chapter ini. ehe.

-

Jim, dalam kasus ini aku ingin bertanya. Sebaiknya Dementor memiliki kemampuan untuk menghisap kenangan bahagia atau justru menghisap kenangan menyakitkan?


***


Naeul menghela napas. Ah, padahal dia berharap banyak tentang cuaca yang jauh lebih baik saat mereka datang ke tempat ini, nyatanya, perkiraan cuaca yang salah sukses membuatnya terkurung di dalam rumah dengan tatapan sendu─merasa kecewa setengah mati.

Jimin tersenyum geli melihat hal tersebut.

Mereka melakukan perjalanan yang cukup melelahkan dengan mengendarai mobil hampir setengah hari dengan traffic yang padat, tetapi berakhir duduk di ruang tengah seraya menatap tepi pantai yang nyaris membeku─suhu benar-benar turun secara drastis.

Pria tersebut berusaha untuk tidak terkekeh melihat bagaimana tingkah menggemaskan Naeul yang duduk di lantai ruang tengah, melihat keluar melalui dinding kaca, menatap debur ombak yang pecah di tepi pantai bersama langit yang gelap, juga butiran salju yang turun cukup banyak─rasanya mustahil untuk menghabiskan waktu di luar sana dengan cuaca buruk seperti saat ini, sementara dia duduk menekuk lutut kemudian meletakkan dagu di atas kakinya yang tertekuk. Pandangannya terlihat sangat kecewa, membuat Jimin merasa kecewa karena tidak bisa menghentikan salju untuk turun hari itu dengan cara yang dia bisa.

Perempuan itu lantas mendongakkan kepala, menatap debur ombak yang bergerak pelan, hamparan langit yang gelap tanpa bintang, ah, padahal dia sudah berharap banyak kali ini, rasanya benar-benar mustahil. Bintang dan bulan yang sering ia lihat dulu saat Jimin membawanya pertama kali ke tempat ini benar-benar tidak terlihat sama sekali karena cuaca yang buruk.

Merapatkan dekapan pada tubuh dan menghela napas, ia menyadari bahwa menghabiskan waktu dengan duduk di dalam ruangan yang hangat di tengah cuaca dingin bersama secangkir cokelat hangat, kukis yang baru selesai diangkat dari dalam pemanggang, selimut yang nyaman juga perapian yang menyala di sisi ruangan rupanya tidak terlalu buruk.

Itu bukan ide yang buruk.

"Maaf tidak bisa membawamu untuk menikmati soju juga sashimi enak di luar sana."

Apalagi benar saja, Jimin datang dengan selimut hangat, memakaikannya pada bahu Naeul yang duduk di sisi perapian seraya terus memandang keluar dinding kaca, semuanya benar-benar tidak terlalu buruk. Jadi dia tersenyum saat merasakan bagaimana Jimin dengan telaten memakaikan selimut─berusaha menjaga tubuhnya tetap hangat.

"Kukira cuacanya akan cukup baik, mengingat ini bukan di bagian kota," ujar Naeul saat Jimin ikut bergabung di sisinya sembari menyerahkan secangkir cokelat hangat yang langsung diteguk pelan olehnya.

Kondominium hangat di tepi pantai milik Jimin, tipikal tempat hangat pada kota kecil di perbatasan─tempat ia menghabiskan banyak waktu sebelum meninggalkan Korea beberapa tahun lalu, selalu sukses membuatnya rindu dan ingin kembali ke tempat itu. Setidaknya setelah menyelesaikan banyak hal, jadi, dia bisa benar-benar menikmati waktu terbaik di sana tanpa perlu memikirkan banyak hal. Awalnya Naeul bahkan terkejut dengan lantai kayunya yang benar-benar hangat. Jadi, apakah Jimin dan seluruh bagian di dalam hidupnya selalu terasa sehangat ini?

HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang