Chapter 23

10.3K 1.6K 613
                                    

Taehyung tidak mengerti bagaimana rasanya kehilangan.

Entah itu ditinggalkan untuk sementara atau mungkin selamanya. Entah itu oleh orang yang hanya mampir dan berlalu begitu saja atau justru seseorang yang berhasil dicintainya seluas semesta. Ia tidak mengerti rasanya.

Malam itu, kemungkinan kecil bahwa masih ada beberapa karyawan yang melakukan lembur demi mencari penghasilan tambahan, tetapi Taehyung sendiri rupanya masih terlihat sangat serius berkutat dengan tumpukan laporan juga beberapa sketsa gambar yang bahkan nyaris tak tersentuh sejak beberapa jam yang lalu. Dia sudah beberapa kali mengisi kembali gelas kopinya yang akan selalu kosong, menyisakan banyak jejak kehitaman kopi yang tersisa pada tepi gelas, kemudian mendadak menyadari aroma tubuhnya menjadi begitu pekat dengn kafein. "Ah, kapan semua ini akan selesai?"

Entah karena hal apa, mendadak Cruel Grup memutuskan untuk mempercepat proses pembangunan sebuah lingkungan IT besar di semenanjung Korea, dan hal mengejutkan yang terjadi selanjutnya adalah, perusahaan Taehyung tidak hanya memenangi tender tetapi juga terlibat secara penuh dalam setiap aspek di sana. Pria tersebut bahkan begitu yakin saat menyetujui hal tersebut dengan begitu mudahnya saat Jimin datang menemuinya beberapa hari yang lalu, menjabat tangannya dengan erat, kemudian dalam hati tertawa berulang kali merasakan bahwa sebuah keberuntungan baru saja jatuh di atas kepalanya begitu menyadari bahwa ia baru saja memenangkan sebuah lotre besar.

Tetapi, ketika hal itu berjalan tidak sesuai dengan ekspetasinya, Taehyung mendadak menjadi sangat frustrasi. Park Jimin rupanya tidak semudah yang ia pikirkan. Pria tersebut cukup kritis, bahkan untuk desain terbaik yang Taehyung berikan padanya di kembalikan dengan banyak revisi. Seolah-olah dia benar-benar menginginkan sesuatu yang sangat sempurna untuk hal ini. Hal itu membuat Taehyung sempat berpikir bahwa ia merasa sedikit menyesal telah menyetujui kerja sama tersebut, mengingat bahwa dirinya yang justru akan mendapatkan bagian tersulit.

Tepat pukul dua dini hari Taehyung mengerjap berulang kali begitu merasakan kedua netranya mendadak menjadi sangat lelah. Menegakkan puggungnya dengan pelan, sedikit terdengar suara gemelatuk tulang yang dimakan senyap, kemudian Taehyung menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa setelah sebelumnya melempar kacamatanya secara asal ke atas meja. Tangannya bergerak melepaskan beberapa kancing teratas kemeja biru langit yang ia kenakan hari itu atas rokemndasi Sua. Wanita itu mengatakan bahwa Taehyung terlihat sangat tampan dengan kemeja itu, jadi Taehyung memakainya dengan nyaman sebab ia suka bagaimana cara Sua tersenyum saat menatapnya pagi tadi─seperti ia menemukan secuil harapan manis diantara rasa lelahnya, sementara kedua netranya hanya diam menatap langit-langit putih yang tidak berubah dalam tatapan muram. Ia memejam selama beberapa detik, merasakan sepi yang merambat di sekitarnya, menyisakan detik jarum jam yang bergerak cepat, kemudian mendadak menjadi sangat kesal.

Sebut saja Kim Taehyung itu sedikit tidak waras, alih-alih menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk, ia justru dengan cepat meraih jas hitamnya yang tergeletak di atas sofa berjalan cepat keluar dari ruangannya kemudian membelah jalanan Seoul yang sepertinya masih menyisakan jejak basah setelah sebelumnya diguyur oleh hujan ringan, gemuruh agaknya masih belum benar-benar pergi saat Taehyung menepikan mobil di sebuah sudut asing, kemudian keluar dari dalam mobil dengan sebuah senyum persegi yang tersungging manis di atas wajahnya. Mendadak menjadi begitu bersemangat saat ia mendengar dentum musik yang dimainkan secara keras, apalagi ketika kakinya berhasil melangkah masuk kemudian hidungnya menangkap aroma alkohol yang yang tajam, semuanya menjadi berputar dengan manis di atas kepalanya. Benar, sedikit hiburan mungkin akan membantu.

Jadi, Taehyung benar-benar melangkah menuju sudut terdalam, menggerakkan kepalanya beberapa kali saat mendengar musik terus menggiring kesadaran orang-orang di atas lantai dansa. Ia duduk tepat di depan meja bar, memesan segelas vodka manis, kemudian tersenyum saat merasakan cairan masam sedikit manis itu melewati kerongkongannya secara cepat. Benar, sedikit rasa pahit dari rasa kopi yang ia tenggak beberapa waktu yang lalu rupanya menjadi sangat sempurna dengan rasa vodka yang langsung menginvasi seluruh sudut mulut juga kerongkongannya.

HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang