Chapter 25

10.5K 1.6K 689
                                    

Terima kasih untuk kalian semua yang sudah berikan banyak dukungan dan tetap stay di sini bareng aku. Terima kasih untuk setiap komentar dukungannya, maaf belum bisa balas satu persatu, tapi semuanya aku baca dan sukses buat semangat aku naik, karena jujur aja setiap komen dari kalian itu berarti banget buat aku, semacam ada sihir di dalamnya hehe. Jadi, aku pastiin kalo hellebore bisa stay bareng kalian sampai ending :)

I love you gusy so much!

Senja menukik turun begitu pelan sore itu ketika Naeul tengah duduk di atas undakan tangga terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Senja menukik turun begitu pelan sore itu ketika Naeul tengah duduk di atas undakan tangga terakhir. Kakinya dibiarkan terbuka tanpa alas kaki, merasakan sisa kehangatan matahari yang mengirim rasa nyaman melalui telapak kakinya yang terbuka. Jimin mungkin akan berceloteh panjang lebar jika tahu dia masih melakukan kebiasaan itu. Naeul hanya menyukainya, seolah-olah tidak ada sedikit pun sekat antara bumi juga dirinya melalui hal tersebut, padahal Jimin kerap kali merasa frustrasi ketika mendapati kaki wanita itu dipenuhi luka gores ketika kembali setelah berjalan-jalan di tepi pantai.

Tetapi, Naeul hanya ingin menikmati senjanya sore ini dengan lebih baik. Kemungkinan dia tidak perlu untuk mengatakan banyak hal pada bumi tentang dirinya hari ini. Apa saja yang ia lalui, bagaimana cara ia bertahan untuk hari ini, atau mungkin bagaimana perasaannya saat ini melalui sebuah kalimat. Biar dia mengungkapkannya melalui hati, kemungkinan bumi akan mendengarnya melalui telapak kakinya yang terbuka, kemudian mengirim pesan pada laut, sebelum berakhir dengan gulungan ombak yang akan berteriak pelan di tengah lautan pada langit senja yang mendadak hampir habis ditelan tiap detik yang meresap diantara keheningan.

"Dulu, aku dan Ibuku terkadang akan berjalan di tepi pantai ketika senja, kemudian kembali ketika langitnya menjadi biru kehitaman." Jimin menjeda sebentar, mengulum sebuah senyum manis ketika mengingat sedikit memori yang tertinggal di dalam ingatannya. "Saat aku berdiri terlalu dekat dengan bibir pantai, Ibuku akan mencegahku mendekati lautan dengan pelan. Tetapi aku ingat senja dimana aku begitu penasaran pada lautan. Aku tidak tahu bahwa cerita Ibu tentang monster laut yang selalu menarik manusia tenggelam ke dasar samudera itu benar-benar nyata."

"Apa aku tiba-tiba mengingatkanmu tentang Ibumu?"

Jimin menggeleng pelan, tersenyum ke arah Naeul saat melihat anak rambut yang diterbangkan angin mulai menutupi wajah wanita itu. Dia melangkah pelan, berhenti di hadapan Naeul yang duduk mengenakan baju terusan berbahan satin yang cantik sore itu, mendadak berlutut di hadapannya, kemudian menatapnya lamat.

Ada desir aneh yang bergelenyar di dalam dadanya ketika menemukan safir indah itu membalas tatapannya secara teduh dan dalam. Membuat Jimin mendadak menjadi begitu tenggelam di dalam kubangan perasaan yang absolut. Kedua netranya mengedip lambat, menelusuri setiap sudut netra Naeul yang bergerak pelan; mengatup lembut beberapa kali, kemudian jemarinya bergerak pelan menyisip untaian helai rambut ke belakang telinga lalu hatinya mencelos ketika menemukan netra itu menatapnya lebih dalam diantara senja cantik yang turun pelan di atas kepala.

HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang