"Aku ingin bertemu," menggigiti bibir bawahnya secara pelan, Naeul rupanya tengah berusaha untuk tetap terlihat tenang, sementara ia berusaha mati-matian untuk membangun kekuatan baru di dalam dirinya, juga untuk hatinya jika sewaktu-waktu Taehyung akan melemparkan granat ke arahnya. "Aku akan menemuimu sebelum makan siang." Sambungan telepon itu benar-benar terputus saat Taehyung secara tiba-tiba masuk ke dalam kamar, menatap Naeul yang tersenyum saat menatap layar ponsel yang kini ia letakkan di atas nakas samping tempat tidur ketika Taehyung datang membawa nampan berisi bubur hangat, menatapnya setengah bingung ketika melihat sang istri terlihat lebih banyak tersenyum dari beberapa hari yang lalu.
Fakta baiknya adalah Naeul yang baru saja pulih setelah beberapa hari diserang demam, suhu yang mendadak naik ke permukaan, juga perasaan tidak nyaman yang sangat besar, nyaris membuatnya menelan kegilaan hingga membuat tenggorokannya mual luar biasa. Taehyung masih sering bertanya perihal perban yang membebat leher istrinya tatkala merasa tidak puas dengan jawaban Naeul bahwa ia hanya melukainya tanpa sengaja, sementara Taehyung melihat bahwa darah seringkali mengucur dari balik perban, mengirim kengerian tersendiri atas pikiran konyol yang melayang di atas kepalanya.
Tetapi ketika Naeul hanya menjawabnya dengan pernyataan bernada tegas, pria itu menjadi kesulitan sendiri tatkala berusaha menggali jawaban yang pasti, sebab Naeul benar-benar berusaha memutus setiap pertanyaan yang terlontar dari bibirnya ketika Taehyung bertanya karena ingin tahu.
Jadi dirinya hanya diam, menggigiti bibirnya bersama rasa penasaran, sementara ada begitu banyak pertanyaan yang menggantung di atas kepalanya yang perlu untuk diberikan jawaban.
"Apa sesuatu yang baik baru saja terjadi?" Taehyung bertanya-tanya, sementara mencoba mencari tahu perubahan baik yang sekonyong-konyong muncul di atas wajah sang istri. Padahal beberapa hari terakhir Taehyung melihatnya seperti seonggok mayat hidup, tetapi kini, di atas wajahnya yang pucat, diantara warna bibirnya yang pasi, Taehyung jelas melihat bahwa istrinya sedang dalam kondisi yang cukup baik.
Syukurlah, setidaknya dia tidak perlu terlalu memperhatikannya sekarang.
Naeul menerima nampan yang Taehyung bawa, masih menggantung senyum, membuat Taehyung merasa penasaran setengah mati. "Bukan apa-apa. Aku hanya menelepon seorang kawan."
Kawan? Memangnya Naeul punya? Taehyung benar-benar tidak menyangka, diantara ketidakhadiran dirinya di sisi Naeul selama ini membuat wanita itu dapat berkawan dengan orang lain selain dirinya. Sejak kapan? Lantas, siapa?
Taehyung benar-benar penasaran. Jadi dia naik ke atas tempat tidur, tepat di sisi Naeul yang tengah lahap menyuap bubur buatan Taehyung dengan sesekali menggumam ringan. Taehyung menjadi tidak mengerti, memangnya sudah sejauh apa ia meninggalkan Naeul sampai istrinya itu sudah memiliki seorang kawan yang bahkan Taehyung sendiri tidak tahu siapa kawan tersebut.
Seorang wanita? Atau mungkin... pria? Tidak. Tidak. Naeul mungkin hanya terlalu berlebihan. Mana mungkin wanita yang setiap hari duduk diam di rumah untuknya itu bisa keluar untuk mencari seorang teman. Benar-benar tidak mungkin.
"Kau punya seorang kawan?" Dia bertanya sedikit hati-hati. Bermaksud untuk menggali jawaban atas rasa ingin tahunya.
Mengangguk singkat, Naeul kemudian berujar, "Ya. Seorang kawan. Aku memilikinya."
Jawaban yang cukup sulit untuk digali. Taehyung mungkin akan melemparkan rentetan pertanyaan pada Naeul saat itu jika dia tidak berhati-hati. Hanya saja, satu rasa curiga tumbuh di atas rasa penasarannya, jadi dia tidak akan banyak bertanya. Hanya diam dan mungkin akan mencari tahu sendiri nanti.
"Tae, buburnya enak. Kau memasaknya sendiri?" Naeul menelan suapan demi suapan dengan cukup kesulitan, merasakan bagaimana bubur buatan kekasih suaminya. Taehyung pikir Naeul tidak tahu bahwa pria itu hanya menghangatkan bubur itu untuknya. Bukan membuatnya. "Kau mengalami banyak kemajuan. Setidaknya membuat bubur yang enak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hellebore
Fanfiction[SUDAH DIBUKUKAN] [COMPLETED] Kim Taehyung selalu mengatakan pada diri sendiri bahwa dia telah melakukan semua hal dengan amat baik. Ketika senja di penghujung musim panas yang menyengat, dia berubah menjadi lelaki hipokrit, kemudian mulai berpikir...