Chapter 08

8.9K 1.6K 958
                                    

Apa benar Taehyung berbohong padanya?

Apa ketakutannya selama ini benar bahwa Taehyung benar-benar berselingkuh?

Semakin ia memikirkannya, semakin Naeul menemukan sisi pertahanannya meragu.

Kali ini Naeul ingin membuktikan bahwa penglihatannya tidak pernah salah.

Ini lebih dari lebih dari tiga jam, rekor terbaik untuk menunggu, tetapi Naeul tidak terlalu mempedulikannya, kendati punggungnya terasa kebas bahkan mati rasa karena terlalu lama duduk di atas kursi tunggu bandara yang sama sekali terasa tidak nyaman, dia tidak akan benar-benar pergi sampai Taehyung tiba. Suaminya mengirimkan sebuah pesan bahwa ia akan kembali menuju Seoul dan untuk membuktikan ketakutan serta asumsinya selama ini, Naeul memilih menunggu di bandara bahkan satu jam sebelum waktu kedatangan Taehyung.

Sekali lagi matanya melirik jam tangan pemberian Taehyung saat ulang tahunnya satu tahun yang lalu, merasakan hatinya dilukai begitu sakit. Taehyung mengatakan bahwa ia akan tiba setidaknya pukul sembilan pagi, untuk itu Naeul menunggunya sejak pukul delapan, tetapi bahkan saat jam menunjukkan pukul sebelas sekalipun Taehyung tidak pernah muncul.

Kursi besi itu menyakiti punggungnya tetapi kelecewaan itu jauh lebih kuat menyakiti perasaannya.

Pesawat penerbangan dari Tokyo tidak pernah mendarat sejak pukul delapan dan Naeul telah lelah menunggu hingga pukul sebelas siang. Setelah hari itu, Naeul menjadi tidak banyak bicara. Lebih banyak termenung dengan pikirannya sendiri, tidak menyentuh makanannya sama sekali, tidak tidur, bahkan tidak peduli pada dirinya sendiri. Untuk itu ia ingin memastikannya dengan tepat. Memastikan bahwa apa yang ia lihat bukanlah sebuah kesalahan sebab matanya masih berfungsi dengan begitu normal.

Hari ini ia berinisiatif untuk mencari tahu hal itu, jadi dia berusaha menegakkan punggungnya yang lelah membungkuk menyembunyikan tangisnya sepanjang malam untuk duduk menunggu kepulangan Taehyung di bandara tanpa memberi tahu padanya bahwa ia menunggu dengan bermaksud untuk menjemput Taehyung.

Naeul memiliki dua asumsi di dalam kepalanya saat ini. Dua asumsi yang jelas saling memperebutkan banyak tempat untuk menguasai pikirannya. Asumsi pertama berisi kesalahannya, dimana ia yang terlalu mencurigai Taehyung, berpikir buruk tentang suaminya sendiri yang berselingkuh, ia akan menyalahkan matanya karena telah salah melihat kemarin, ya, setidaknya seperti itu.

Asumsi kedua adalah tentang perselingkuhan yang Taehyung lakukan memang benar terjadi sehingga sosok yang ia lihat bersama Jimin beberapa hari yang lalu, saat itu sore sudah menanjak, makanan manis yang tergeletak asal di atas meja kafe yang kehilangan minat untuk disentuh adalah benar Kim Taehyung. Sebagai langkah awal Naeul memilih menunggu Taehyung kembali di bandara, ingin memastikan langsung apakah ia benar-benar pergi menuju Tokyo atau hanya berusaha membuat sebuah alibi.

Sementara Naeul menunggu Taehyung hingga bokongnya sakit luar biasa, seorang pegawai bandara melewatinya. Dengan rasa keingintahuannya yang besar, Naeul menghentikannya dengan wajah yang dikontrol sebisa mungkin.

"Maaf, permisi. Saya menunggu suami saya yang rencananya akan tiba dari Tokyo pagi ini sekitar pukul sembilan tetapi hingga sekarang pesawat yang saya maksud bahkan tidak pernah mendarat sama sekali. Apakah terjadi sesuatu atau apa mungkin pesawatnya mengalami delay?"

Pria bertubuh jangkung itu meletakkan kerutan bingung cukup besar pada dahinya. Sejujurnya ia bingung mengapa Naeul bertanya tentang penerbangan dari Tokyo menuju Seoul, padahal dia tahu dengan jelas bahwa tidak ada penerbangan apapun sari Tokyo atau menuju Tokyo hari ini bahkan sampai tiga hari ke depan.

"Maaf Nyonya, hari ini bahkan sampai tiga hari ke depan kita tidak melayani penerbangan menuju Tokyo maupun kembali dari Tokyo. Badai besar menimpa Jepang sehingga akan sangat berisiko untuk melakukan penerbangan."

HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang