Chapter 37 B

7.6K 1.1K 992
                                        

Taehyung menarik tangannya kelewat kuat, dia bahkan kesulitan berjalan─nyaris terantuk kaki sendiri, saat berusaha mengimbangi langkah pria itu. Si pria sendiri tidak terlalu menggubris jeritan kecil Sua yang merasa sangat kesakitan. Beberapa kali melemparkan protes, tetapi Taehyung sepertinya sedang menulikan telinganya, padahal Sua hampir jatuh terjerembab dan merasakan nyeri yang teramat sangat pada wajahnya yang terluka. Darahnya masih keluar kelewat banyak, bahkan Sua dapat merasakan aliran pekat itu mengalir cepat menuju dagunya kemudian menetes membasahi potongan dada juga gaun merahnya. Rasanya sakit. Sakit sekali.

"T-tae, lepaskan aku." Dia masih berusaha melepas genggaman Taehyung yang kelewat kuat, tetapi semuanya sia-sia.

Ambil langkah kelewat cepat, Taehyung berhasil menarik wanita itu menjauh dari keramaian pesta, menyingkir sedikit di sisi gedung yang lenggang, kemudian berhenti di sebuah taman kecil di sisi danau buatan. Bulan purnama perlahan bergerak muncul dari balik awan, piasnya memantul melalui permukaan danau yang tenang. Taehyung berhenti melangkah ketika sampai di sebuah bangku panjang yang terbuat dari kayu di sisi pohon akasia─persisi di dekat sebuah lampu taman yang temaram. Diam sejenak sebelum mengendurkan genggaman dan Sua berhasil melepaskan diri─menarik tangannya dengan menelan nyeri berlebih.

Berusaha mengatur suasana menjadi lebih baik, wanita itu mulai mengerutkan kening kemudian berujar lirih, "Apa yang kau lakukan padaku, Tae? Ini sangat sakit."

Dia diam sejenak. Tepat setelah sekelumit kalimat tersebut menelisik kepala, Taehyung menahan napas tatkala mengingat kembali bahwa dia benar-benar tidak dapat mengontrol emosinya saat ini. Rasanya seperti ingin meledakkan kemarahan itu. Seperti ada asap pekat hasil kemarahannya menguap di atas kepala, Sua menyadarinya, tetapi tidak akan sudi untuk mengakuinya. Dia tidak ingin menelan rasa sakit lagi, satu saja sudah buruk. Apalagi ini.

Setelah diam cukup lama demi mengatur emosinya agar tidak meledak dengan baik, Taehyung perlahan berbalik─terlihat sangat tidak senang saat menatap Sua yang tengah mengusap pergelangan tangannya yang memerah. "Apa yang kau lakukan padanya?"

"Aku tidak melakukan apapun. Sungguh." Mencoba berbohong, Sua nyatanya gagal sebab Taehyung jelas menyaksikan sendiri saat Sua nyaris menubruk tubuh Jooha dengan pecahan kaca di dalam genggaman. Rasanya mendengar penjelasan apapun menjadi tidak berguna saat ini. Tetapi wanita itu masih berusaha untuk membela diri─tidak ingin kehilangan simpati dari Taehyung. "Aku benar-benar tidak melakukan apapun, tapi kau─apa yang kau lakukan di toilet wanita?"

Si pria mematung. Aku... hanya ingin memastikan bahwa kau tidak mencoba melakukan hal konyol.

Taehyung sontak merasakan emosinya mulai menggelegak sementara pelipisnya berkedut pening, dia tidak mencoba... ah, sial! Dia harus mengatakan apa? Mencoba membuntuti Sua? Dia tidak bisa mengatakan hal tersebut, sebab Sua tidak akan senang. Jadi dia harus menjawab apa?

Tetapi sebelum Sua berhsdil menghujani Taehyung dengan banyak pertanyaan, seketika suasana menjadi terasa sangat aneh dalam sekejap. Mereka hanya diam sementara kedua netra saling menatap─mendadak senyap, kemuidan yang terdengar hanyalah suara riak air danau yang bergerak pelan tertiup angin juga gesekkan dedaunan di atas pohon akasia yang mendadak berjatuhan. Tetapi Taehyung memberanikan diri menatap netra kelam itu lebih dalam, merasakan debaran di dadanya nyaris membuat jantungnya meledak. "Aku berusaha menghentikanmu."

Sua menatap Taehyung, memandangi pria itu seolah pria itu baru saja menghancurkan seluruh perasaannya. "Apa katamu? Menghentikan aku?" Mendecih pelan, Sua mendadak tersenyum, memalingkan wajah sebab merasa kesal setengah mati. "Aku tidak melakukan apapun, Tae. Jadi apa yang harus kau hentikan?"

"Aku tahu apa yang sudah kau lakukan di sana. Dengar, Sua─" ia menarik napas pelan, berusaha menenangkan isi kepalanya yang mulai berceceran. "Aku melihat kau berlari ke arahnya dengan gelas kaca di dalam genggaman. Apa kau melupakan fakta itu?"

HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang