Chapter 35

7.4K 1.2K 1K
                                    

"Kau masih ingin mendiamiku seperti ini terus, Jung?"

Jungkook mungkin bisa terlelap dengan perut keroncongan, kemudian terjaga dan melupakan fakta bahwa dia hampir mati kelaparan semalam. Tetapi tidak untuk satu hal ini. Bagaimana pun cara ia mencoba untuk melupakan setiap ingatan itu, fakta yang ia temukan hanyalah kenyataan yang mengejarnya bahkan sampai ia terjaga. Si Park bungsu itu bahkan pernah berharap pada dewa agar terlelap kemudian terjaga dengan ingatan yang berceceran di dekat kepalanya. Dia ingin melupakan semua hal, termasuk perasaan konyolnya yang sudah tumbuh dan mungkin saja hampir layu; entahlah.

"Aku tidak mendiamimu. Aku sedang sibuk."

Naeul mungkin percaya fakta bahwa Park Jungkook mungkin saja sedang sibuk─apalagi melihat dia duduk lama di depan laptop yang menyala, mungkin dia benar-benar sibuk; mungkin juga tidak. "Kau tidak sedang menonton film porno, bukan?"

"Noona," dia menyela cepat dengan telinga yang memerah.

Naeul tahu cara ini akan berhasil, jadi, ketika tatapan mereka bertemu, wanita itu tersenyum kecil saat kemudian kembali berbaring di atas tempat tidur Jungkook yang terasa sangat nyaman. "Aku minta maaf, sungguh."

"Aku tidak memikirkan diriku sendiri."

"Aku tahu." Naeul menatap langit-langit kamar yang tidak berubah, menggerak-gerakan kakinya dalam gerakan kecil saat tersenyum mengingat bagaimana Park bungsu itu menyatakan perasaan padanya setahun yang lalu. Tetapi dia tahu satu hal. Sebuah rahasia umum yang semua orang juga tahu bahwa sang kakak sudah lebih dulu tinggal di sisi wanita itu sebelum ia datang. Jadi, Jungkook hanya mengatakan perasaannya, kemudian menjalani harinya dengan harapan bahwa perasaan itu akan terkikis kemudian menghilang. Nyatanya dia salah.

Meski tidak ada jaminan dia akan terus merasakan hal tersebut, Jungkook mungkin akan berjanji pada diri sendiri bahwa dia tidak akan membiarkan Naeul terluka setelah apa yang wanita itu lewati di masa lalu. Jika sang kakak bisa berperan dengan baik, Jungkook akan berusaha untuk membuang perasaannya dan kini ia tidak perlu menyesali semuanya, sebab Park Jimin benar-benar membuktikan dengan amat baik bagaimana ia mencintai si wanita.

"Daripada mengkhawatirkan perasaanku, bagaimana jika Noona memperhatikan perasaan Jimin Hyung." Matanya mengintip kecil dari balik layar laptop, berusaha membaca situasi agar tahu harus merespon seperti apa nantinya. "Dia sudah mencintaimu sebanyak ini, apa kau tidak ingin membalas perasaannya?"

Naeul tidak cepat menjawab. Dia hanya tersenyum kecil beberapa saat sebelum bangkit, duduk di tengah kasur seraya menepuk sisinya yang kosong. "Duduk di sini sebentar."

Oke, karena dia tidak ingin menghancurkan suasana, anggap saja dia melakukan satu kebaikan kecil untuk sang kakak karena berhasil satu langkah untuk mempromosikannya. Jadi, ketika semuanya behasil, dia bisa meminta imbalan yang setimpal untuk hal ini. Benar, dia melakukan hal yang benar sebagai adik yang baik. Bukan begitu?

Jungkook menutup laptopnya dengan pelan, berjalan ke sisi tempat tidur yang kosong kemudian duduk berdampingan bersama Naeul dengan bersandar pada dinding.

"Kau belum menjawab pertanyaanku." Dia menagih lagi.

"Apa harus?"

Jungkook mengangguk. "Tentu! Agar aku tahu harus melakukan apa setelah ini."

Naeul tersenyum, menghela napas sesaat ketika kembali menatap langit-langit kamar. "Aku terlalu takut pada sebuah ikatan. Aku takut mungkin dia akan menyakitiku."

"Tapi dia tidak akan melakukannya."

"Kau benar." Wanita itu tiba-tiba menunduk sembari memainkan jemarinya. "Dia tidak akan menyakitiku. Seseorang di dalam hidupku pernah mengatakan hal tersebut, tetapi faktanya dia melakukannya. Meski Jimin mungkin tidak akan melakukan hal itu padaku, aku masih saja ragu."

HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang