Chapter 10

9.8K 1.5K 934
                                    

Kepingan ingatan semalam kembali mampir saat Taehyung duduk memegang kepalanya yang hampir diisi penuh oleh ketenangan yang menyenangkan. Ada satu bagian yang masih terasa nyeri, sudut pelipisnya yang sedikit tebuka kulitnya serta sisa darah yang mengering, tetapi poin baik adalah Taehyung menelan obatnya pagi ini, itu berarti ia masih hidup, paru-parunya masih memompa napas.

Dia telah mengganti pakaiannya, setelan kemeja seperti akhir petang yang menggantung tinggi, biru yang manis, bukan kegelapan malam, bukan juga jingga petang, ini hanya bitu tua di antara keduanya. Ada gelisah menggantung tinggi di hatinya tetapi Taehyung cepat meniadakannya dari sana. Kali ini rumah terasa jauh lebih senyap dari sebelumnya, tentu saja sebab Taehyung memilih untuk lebih banyak diam, mengumpulkan keberaniannya, mengumpulkan kekuatannya, serta mengumpulkan tekad yang kuat untuk menarik dirinya dari garis ikatan sehidup semati yang mengikat antara dirinya terhadap Naeul.

Kepastian telah didapatnya, tidak ada lagi yang perlu untuk dipikirkan, semuanya telah kembali pada diri, Taehyung berhenti mencintai sebab Naeul yang memintanya, kesimpulan kecilnya seperti itu.

Ada stagnan pada tungkainya saat melewati pekarangan belakang dengan dinding kaca yang memisahkan antara batas dirinya dan batas milik Naeul. Rupanya hal ini telah dimulai, Naeul mulai menggaris batas.

Irisnya terarah lurus pada helaian kemeja bercorak garis horizontal yang dikenakan Naeul, rambutnya digerai menutupi wajah, ada gerakan berat pada punggungnya, wajahnya ditenggelamkan dalam puncak lututnya yang terlipat membuat Taehyung tidak mengerti dengan situasi ini. Ada penolakan di dalam dadanya, berupaya untuk menyongsong tubuh itu, memeluknya erat, mengatakan bahwa 'semuanya baik-baik saja, sekarang sudah tidak apa-apa' tetapi melihat dirinya sendiri Taehyung justru hanya berharap bagaimana Naeul yang akan lebih dulu memikirkan hal itu ketika melihat dirinya terjaga tanpa Taehyung di sisi kanannya.

Tetapi Taehyung tidak dapat berharap banyak sebab hubungan di antara mereka akan mulai dikikis oleh perasaan memiliki masing-masing yang dalam artian Naeul memiliki dirinya sendiri, pun Taehyung begitu.

Taehyung sesungguhnya tengah merindu. Ada bulan yang ia rindukan. Merindukan jejak pada dirinya sendiri betapa ia merindukan sudut terbaik dalam hidupnya dulu. Naeul yang memasak banyak makanan manis sementara dia memandangi punggung istrinya yang sangat nyaman ketika dijadikan sandaran dalam melipat seluruh harga dirinya yang menyulitkan. Musim panas mereka tidak seramai atap lainnya, tidak ada pertengkaran sengit antara si kecil dan besar hanya untuk mendapatkan jatah puding dingin yang lebih banyak, di sana mereka hanya menemukan suara pendingin ruangan serta samar suara ngengat yang saling bersahutan, gaduh hingga membuat bumi berpikir bahwa cara komunikasi mereka dapat menulikan setiap telinga, dan perasaan saling mengisi yang dalam, seperti ada perasaan saling mencintai yang absolut, mereka mengatakan setiap abjad dengan baik, a sampai z, dan mereka bahagia.

Kemarin, saat Taehyung lelah terjaga demi menunggu Naeul kembali, ada bagian dari ingatannya yang mengatakan bahwa Taehyung hanyalah idiot bodoh yang merindukan rumah. Ia rindu pada aroma tungku yang dibakar, rindu pada sentuhan hangat tatakan gelas yang habis dipakai, pusat ingatannya hanya diisi banyak kenangan dan entah mengapa Taehyung hanya menganggap hal tersebut sebagai kudapan manis yang bahkan tak lagi terasa manis di dalam mulut.

Taehyung mengatakan hal itu seolah-olah ia baru saja menemukan fakta bahwa dirinya adalah bagian yang terluka, tetapi melihat kenyataan yang ada sekarang ini sepertinya kehidupan yang Naeul jalani cukup menyedihkan. Pun Taehyung seperti itu, tetapi Naeul tidak pernah datang padanya, tidak pernah ada untuk menyokongnnya, tidak pernah berasumsi bahwa Taehyung terlihat buruk. Semuanya selalu terlihat sama di matanya. Taehyung dan segala kesempurnaannya. Suaminya selalu baik-baik saja.

'Ada bagian dari kepala yang merindukan kaki' Taehyung ingin duduk di bawah malam manis mereka, tetapi ia kemudian menyadari bahwa jalan kembali jauh lebih berliku, keinginannya untuk pulang seakan cukup memakan setengah napasnya.

HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang