Cerita 25 : Miss Without Word

2.2K 206 22
                                    

Saat kedua hati saling merindukan, rasa saling memiliki akan tumbuh secara perlahan..

🌻🌻🌻

Tina POV

Sudah 5 hari aku tidak bertegur sapa dengan Aya. Aku berusaha menghindar setiap kali berada satu ruangan dengannya. Tapi sampai kapan aku bersikap seperti ini..? Aku juga tidak mau terus-terusan menghindari Aya. Aku benar-benar pengecut. Hanya karena Aya mengungkapkan perasaannya padaku, aku berhenti bicara dengannya. Sepertinya aku butuh bantuan pendapat seseorang untuk membantuku. Apa sebaiknya aku bicarakan hal ini pada Kak Dewi..? Mungkin kak Dewi bisa memberi solusi. Aahh, aku bener-bener bingung. Tanpa ku sadari, ada setitik rindu pada Aya. Aku rindu suara tawanya, aku rindu sikapnya yang manja, dan aku rindu makan dorayaki buatannya. Awalnya, aku sempat kesal pada Aya pada hari pertama latihan karena Aya meninggalkanku begitu saja. Tapi kemudian aku menyadari kenapa Aya sampai tega berbuat begitu padaku. Karena semua ini bermula pada senin pagi saat Aya menceritakan tentang seseorang yang membuatnya jatuh cinta. Aku pikir Aya jatuh cinta dengan salah satu teman prianya. Tapi setelah mendengar petunjuk dari Aya, aku langsung sadar bahwa orang yang sedang di bicarakan Aya itu adalah aku. Aku mencoba pura-pura tidak mengerti sehingga membuat Aya marah dan bicara sambil teriak kepadaku.

Aku menghela nafas sambil melihat ke arah Winny yang sedang antri membeli makanan. Saat ini, kami sedang berada di restoran cepat saji karena Winny mengajakku makan siang dulu sebelum pergi ke Tiger Club. Selama 5 hari ini aku sangat akrab dengan Winny. Winny selalu menjemput dan mengantarku saat latihan. Sebenarnya aku enggan karena takut merepotkannya, tapi Winny tidak keberatan dan ia senang melakukannya. Winny menjemputku jam satu siang dan mengajakku jalan-jalan dulu, sebelum pergi latihan jam dua siang. Begitu pulang latihan, Winny mengajakku keliling kota Jakarta sambil makan di warung kaki lima. Semua di traktir oleh Winny karena setiap kali aku hendak mengambil dompet, Winny selangkah lebih cepat dariku sehingga aku tidak bisa berbuat apa-apa. Awalnya aku menolak dan minta di antarkan ke apartement saja, tapi Winny selalu bilang "cuma sebentar 'kok". Alhasil, aku selalu pulang kemalaman. Untung saat aku pulang, bang Ilham masih di kantor. Hanya ada Aya yang nonton TV sambil makan es krim atau terkadang ia bermain playstation.

"Sorry ya, kamu nunggunya lama. Habis antriannya panjang banget." kata Winny sambil meletakkan nampan berisi 2 bungkus nasi, 2 potong ayam goreng, 2 soda, 2 es krim dan 1 mangkuk wadah kertas berisi kentang goreng.

"Nggak apa-apa, Win. Biasa aja 'kok."

"Kamu udah cuci tangan..?"

"Sudah."

"Kalo gitu, kamu langsung aja makan. Aku mau cuci tangan dulu."

Aku membuka bungkusan berisi nasi dan mengambil satu ayam goreng dan segenggam kentang goreng lalu mulai makan. Aku bertanya-tanya dalam hati, apa ya yang sedang di lakukan Aya di apartement saat ini? Apakah Aya sudah makan? Setiap kali jalan dengan Winny, aku selalu teringat sama Aya. Tubuhku bersama Winny sementara pikiranku selalu tertuju pada Aya.

"Ada apa Tina..?" Kok kamu ngelamun..?" tanya Winny sambil duduk di sampingku.

"Ah, nggak ada apa-apa 'kok." jawabku tersenyum.

Winny lalu mengambil porsi bagiannya, dan mulai makan.

"Win, aku jadi nggak enak di traktir terus nih. Sesekali aku dong yang traktir."

"Nggak papa 'kok. Biasa aja. Lagi pula aku baru dapat uang bulanan dari Papa."

"Emang kamu di kasih berapa setiap bulannya..?"

"Tiga juta."

Apa aku nggak salah denger nih..? Ya ampun..banyak amat jajan si Winny..? Waktu masih tinggal di panti saja, aku cuma di kasih uang 5 ribu sama bunda Yanti. Itu pun kalo saat sekolah. Kalo lagi liburan sekolah atau libur kalender merah, bunda tidak memberi kami uang jajan sepeserpun.

Menemukan Cinta Sejati [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang