Cerita 73 : Old Diary

2.3K 154 27
                                    

Saat aku harus,
menyimpan sebuah rahasia..
Saat itulah aku takut,
suatu hari nanti kamu akan membenciku..

🌻🌻🌻

Ayaka POV

Aku dan Tina sedang bersiap pergi ke Bandung. Aku mengikat rambut panjangku dengan erat dan bercermin sekali lagi untuk memastikan apakah penampilanku sudah rapi atau belum. Sedangkan Tina di luar, mencabut semua colokan listrik yang masih menyala. Kebiasaan ini di ajarkan oleh bang Hika, jika kami hendak bepergian jauh. Tujuannya agar kondisi aman dan kondusif saat kami tidak berada di apartement.

"Udah siap, moms..?" tanya Tina yang tiba-tiba masuk ke kamar.

"Ya, sayang. Tas berisi pakaian ganti, aku taro di sofa. Udah di cek belum, dad..? Barangkali tadi, aku ada yang kelupaan..?"

Tina tidak menjawab pertanyaanku. Ia malah memeluk pinggangku dan tersenyum menatapku.

"Kamu cantik banget, moms."

"Thanks, dad.." balasku tersenyum.

"Kamu tahu, moms..? Aku jadi khawatir kalo suatu hari nanti kamu bakal pergi ninggalin aku. Dan kalo sampai itu terjadi, aku nggak akan rela. Lebih baik aku mati, daripada harus kehilangan kamu."

Aku menghela nafas berusaha menahan kesal.

"Sudahlah, dad. Jangan ngomong kayak gitu. Aku nggak suka. Udah jam satu siang. Sebaiknya kita berangkat. Kalo nggak, 'ntar malah kejebak macet..!!" cetusku sebel sambil melihat arloji di tangan kananku.

"Oke, moms. Tapi sebelum pergi, cium dulu dong. Biar aku semangat nyetir mobilnya.." ujar Tina sambil nyengir lebar. Aku memutar bola mataku jengkel dan mengecup pipi Tina sekilas. Kemudian berjalan keluar kamar.

"Hei, kok cuma sebentar..?" protes Tina.

Aku tidak menjawab dan bergegas keluar. Lalu aku mengambil sepatu ketsku di rak sepatu. Aku duduk di sofa dan memakainya dengan cepat.

"Mommy..? Are you angry..? I'm sorry.." celetuk Tina sambil duduk di sebelahku.

"Sudahlah. Jangan di bahas lagi. Ayo kita pergi.." balasku sambil menyandang ransel begitu selesai memakai sepatu.

Tapi Tina tidak bergerak. Ia malah duduk sambil menundukkan wajahnya, membuatku gemes dan tidak sabaran.

Aku meletakkan kembali ransel di sofa, lalu jongkok di depan Tina. Aku memegang kedua pipi Tina lembut, namun matanya masih menatap ke bawah.

"Dad..look at me.." bisikku.

"What..?"

"Kita udah dewasa, sayang. Berhenti bersikap konyol dan kekanakan. Please.."

Tina diam sambil menatapku lesu seperti kurang darah. Aku harus bisa membuat Tina tertawa lagi. Kalo nggak sepanjang perjalanan nanti, ia pasti ngambek terus.

"Dad, aku janji. Aku nggak bakal ninggalin kamu sampai kapan pun. Biar pun di luar sana, banyak pria tampan dan kaya. Aku nggak bakal tertarik sedikit pun. Karena aku nggak suka penis.."

Menemukan Cinta Sejati [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang