Cerita 67 : New Family (2)

1.6K 154 10
                                    

Keluarga tidak harus terikat
dengan pertalian darah..
Tapi keluarga juga bisa terikat
dengan pertalian hati..

🌻🌻🌻

Tina POV

Setelah bermalam di desa Sembalun, kami memutuskan untuk mendaki gunung Rinjani hari ini. Sebelum berangkat, bang Joe membagi tugas pada kami. Ia dan bang Jay bertugas mengangkat tas ransel yang berisi dua tenda mungil, kak Fia menyiapkan bekal makanan dan obat-obatan, kak Oki dan bang Andre membawa beberapa botol air minum kemasan berukuran jumbo, sementara aku dan bang Tommy membawa beberapa peralatan masak. Peralatan masak ini di pinjamkan oleh bang Ibnu. Bang Ibnu adalah salah satu anggota kepolisian yang bekerja di unit KAPOLDA Mataram. Masing-masing kami membawa ransel berisi pakaian dan selimut hangat. Bang Joe tidak hanya menyewa tenda, ia juga menyewa tas ransel yang biasa dipakai saat mendaki gunung.

Setelah check out dari penginapan, kami berkumpul di desa Sembalun yang asri dan indah. Desa Sembalun terletak di bawah kaki gunung Rinjani. Jika ingin ke gunung Rinjani, para pendaki harus melewati desa ini. Menurut bang Joe jalan menuju gunung Rinjani sangat banyak. Tapi para pendaki lebih suka memulainya dari desa Sembalun. Nantinya perjalanan akan berakhir di desa Senaru. Sebuah desa yang sama cantiknya dengan desa Sembalun. Selain tempatnya yang indah, di desa Sembalun juga terdapat beberapa rumah adat suku sasak yang masih terjaga kelestariannya. Hal inilah yang menarik minat para turis dan pendaki pada umumnya.

"Kalian sudah siap..?" tanya bang Joe sambil menatap kami satu persatu.

"Ya, bang. Kami siap..!!" sahut kami kompak.

"Hari ini cuaca sangat cerah, sangat cocok buat mendaki gunung. Semoga saja selama dua hari ke depan, cuaca terus seperti ini agar nanti perjalanan kita berjalan dengan lancar. Baik, dengarkan abang. Abang dan Jay akan berjalan di depan, dan kalian ikuti dari belakang. Sebelum kita mendaki, sebaiknya kita berdoa dulu. Berdoa di mulai.."

Kami semua pun menunduk dan membaca doa dalam hati. Sejujurnya ada sedikit rasa takut di benakku. Karena seumur hidup, aku belum pernah naik gunung. Meski begitu aku harus kuat dan berani. Lagi pula aku tidak sendirian. Ada bang Joe dan semua anggota tim yang akan membantuku jika aku merasa kesulitan. Dulu aku pernah sih, di ajak bang Hika naik gunung waktu liburan di puncak. Tapi batal karena hari itu turun hujan.

"Selesai."

Usai berdoa, kami saling berangkulan membentuk sebuah lingkaran. Bang Joe lalu menatap kami satu persatu.

"Oke guys..ayo kita berangkat. Harap berhati-hati saat berjalan. Saling berpegangan jika kalian menemukan jalan yang licin, terjal, atau berbahaya. Jaga sikap, perbuatan, dan perkataan kalian selama kita mendaki gunung. Jangan sampai kalian bertindak gegabah atau melakukan perbuatan tidak pantas. Kalian mengerti..?"

"Ya, bang. Kami mengerti."

"Sebelum mendaki gunung, bagaimana kalo kita tos dulu, sebagai penyemangat.." usul kak Fia.

"Yeah, itu ide yang bagus.." sahut bang Tommy.

Kami serentak menyatukan telapak tangan kanan secara bersamaan lalu mengangkatnya ke atas sambil tertawa ceria.

Aku melihat rombongan pendaki yang baru tiba di desa Sembalun. Ada turis lokal, ada juga turis bule. Mereka sepertinya juga mendaki gunung hari ini. Kemudian kami pun berjalan dengan santai bersama para pendaki lainnya. Kata bang Joe ada 3 pos yang harus di lewati jika ingin sampai ke puncak gunung Rinjani. Dan jika ingin melihat keindahan gunung Rinjani sebaiknya dilakukan saat dini hari. Di puncak gunung Rinjani, sunrise terlihat begitu mempesona. Di atas puncak gunung Rinjani, kita bisa melihat gunung Baru Jari dan danau Segara Anak dengan sangat jelas. Begitu cerita bang Joe pada kami semalam.

Menemukan Cinta Sejati [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang