Cerita 56 : Lucky Day

1.6K 160 9
                                    

Saat jiwa rapuh
tanpa perhatian,
Saat itulah emosi menjadi labil,
karena hati dan pikiran
sulit menyatu..

🌻🌻🌻

Tina POV

Setelah menempuh perjalanan selama dua setengah jam, akhirnya kami pun tiba di villa mewah milik keluarga Sandra. Aku melihat ada dua pria bertubuh kekar berdiri di dua sisi gerbang. Saat melihat Sandra, keduanya mengangguk dan membukakan pintu pagar besi yang tinggi dan kokoh.

"Selamat datang di villa keluarga Winaryo. Gue harap lu betah di sini, Tina.." kata Sandra sambil memberi senyuman manisnya.

"Sebenarnya apa maksud lu bawa gue kemari..?"

"Tenaaanngg. Lu buru-buru amat, kita bahkan belum masuk rumah. Sabar dong. Sebaiknya lu turun, gue mau parkir mobil di garasi."

Aku membuka pintu mobil dan berjalan ke teras depan villa. Sandra lalu memarkir mobilnya di garasi yang terletak di sudut villa. Villa milik Sandra berbeda dengan villa milik bang Hika. Villa Sandra sangat luas dan memiliki dua rumah yang berdampingan. Satu di depan dan satu lagi di belakang. Kedua rumah memiliki masing-masing tiga lantai. Arsitektur rumahnya juga sangat mewah di bandingkan villa milik bang Hika di Cipanas.

Sandra mengajakku masuk setelah membuka pintu dengan kunci yang di bawanya dari rumah. Saat masuk ke dalam, aku sempat kagum dengan interior dan perabotan yang menghiasi villa. Pasti semua perabotan di villa ini harganya sangat mahal. Pantes Niken sering menggoda Sandra dengan panggilan Permaisuri. Sebuah panggilan yang ditujukan untuk istri seorang Sultan yang kaya raya.

Aku lalu duduk di salah satu sofa berukuran besar dan menyilangkan kedua lenganku di dada. Menunggu Sandra bicara. Sandra dengan sengaja berleha-leha mengulur waktu. Pertama ia membuka dasi seragam, membuka jam tangan, tiga kancing atas kemeja, dan membuka tali sepatunya. Ia melakukan secara perlahan sambil sesekali melirik ke arahku dengan gugup.

"Nah, sekarang saatnya elu bicara. Jelaskan, kenapa lu membawa gue ke sini...!" kataku dengan suara keras. Setelah Sandra selesai melakukan semuanya.

Sandra terdiam. Dahinya berkerut seperti sedang berpikir tentang rumus matematika yang sulit.

"Nanti saja gue jelaskan. Sekarang gue mau bikin mie rebus dulu, soalnya gue lapar berat." jawab Sandra mencoba menghindari pertanyaanku.

Aku berdiri karena kesabaranku mulai habis.

"Sandra, dengarkan gue..! Jika elu tidak memberi tahu apa maksud dan tujuan elu menyeret gue ke sini, malam ini gue akan pulang ke Jakarta. Gue akan nebeng dengan truk yang melintas atau menelfon Erna, agar ia mau menjemput gue. Dan mulai detik ini, gue nggak peduli lagi dengan elu." bentakku keras. Aku lalu mengambil ranselku di sofa dan berjalan keluar pintu. Baru tiga langkah berjalan, Sandra meraih lenganku untuk menghentikan aku.

"Oke, oke. Gue bakal jelasin, kenapa gue mengajak lu ke sini. Please, Tina. Jangan pergi." kata Sandra berusaha membujukku. Wajahnya memelas sedih karena melihatku kesal.

Aku menatap Sandra dengan pandangan tajam.

"Se-sebenarnya g-gue hanya mengajak lu liburan di vila gue. Gue suntuk di rumah sendirian."

Menemukan Cinta Sejati [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang