Cerita 59 : Last Message

1.5K 148 28
                                    

Setiap detik yang telah pergi,
Ia akan menjadi sebuah kenangan..
Setiap kenangan yang Indah,
Ia akan selalu tersimpan di hati..

🌻🌻🌻

Hikaru POV

Setelah menyelesaikan beberapa urusan penting di kantor, aku bersiap ke markas tim khusus POLRI. Tadi malam, Joe menelfonku. Ada beberapa hal serius yang ingin ia katakan padaku. Tapi sebelumnya, aku harus menelfon kak Arum yang saat ini sedang berada di Bandung. Aku ingin kak Arum menjaga Tina selama ia menyendiri di panti asuhan, tempat tinggalnya dulu. Meskipun ia sekarang sudah mandiri, namun di mataku Tina tetaplah adik kecilku. Setelah mencari nomor kak Arum di kontak ponselku, aku pun segera menghubunginya. Telepon ku langsung di angkat pada dering kedua.

"Halo, apa benar ini dengan kak Arum..?"

"Ya, benar. Ini dengan siapa..?"

"Ini Hikaru, kak. Kakak angkat Tina."

"Oh, Hikaru. Ali sudah menceritakan tentang Ilham. Kakak turut berduka cita. Bagaimana kondisi Tina, sekarang..? Apa ia baik-baik saja..?"

"Ya, kak. Tina sudah tenang sekarang. Walau kadang aku melihatnya masih menangis sesekali. Oh, ya kak Arum. Apa boleh aku minta tolong..?"

"Tentu. Katakan saja, Hika. Apa pun itu, kakak akan membantumu."

"Hari ini, Tina berencana akan pergi ke Bandung. Ia ingin menenangkan pikirannya di panti selama beberapa hari. Bisakah kakak menjaga Tina selama ia di sana..? Aku takut terjadi apa-apa dengannya."

"Oh, ya..? Lalu kapan Tina berangkat..?"

"Katanya jam 9 pagi ini, kak. Mungkin sekitar jam 11 atau 12, Tina akan sampai di sana."

"Hmm..baiklah Hika. Kamu jangan khawatir. Kakak pasti akan menjaga Tina. Biarkan Tina di Bandung selama beberapa hari. Siapa tahu, setelah bertemu dengan anak-anak panti Tina bisa ceria lagi."

"Terima kasih kak Arum. Kalo ada apa-apa, kakak bisa hubungi saya. Udah dulu, ya kak. Saya harus pergi ke suatu tempat. Salam buat semua yang ada di sana.."

"Baik, Hika. Salam kamu akan kakak sampaikan. Hati-hati, ya."

"Ya, kak."

Setelah mematikan saluran telfon, aku memasukkan beberapa berkas penting ke dalam tas kerjaku. Lalu bergegas ke luar ruangan menuju tempat parkir.

Dalam waktu 40 menit, aku tiba di markas tim khusus POLRI dan langsung di sambut Jay. Jay menyuruhku masuk ke dalam ruangan Joe di lantai dua. Setelah mengetuk pintu, aku di persilahkan masuk dan duduk di sofa dekat meja kerja Joe.

"Bang Hika. Sebenarnya dua hari yang lalu beberapa jam sebelum kami melakukan penyergapan komplotan begal, Ilham menulis sebuah surat untukku."

"Surat..?"

"Ya. Surat itu, di berikan saat ia menginap di apartementku. Ilham bilang, aku boleh membaca surat itu jika sesuatu terjadi padanya."

Aku menghela nafas panjang. Mungkinkah Ilham sudah mendapat feeling kematiannya sendiri..?

"Lalu apa isi surat itu, Joe..?" tanyaku sedikit penasaran.

"Isinya adalah sebuah permintaan. Aku rasa bang Hika berhak membacanya. Tunggu sebentar, aku ambil dulu."

Joe berjalan menuju meja kerjanya lalu memberikan surat itu untuk ku baca. Selain surat, aku juga melihat Joe memegang sebuah buku tabungan. Saat membuka surat, aku tersenyum melihat tulisan Ilham. Tulisan tegak bersambung, rapi tanpa coretan. Khas Ilham. Dari dulu hingga kini gaya tulisannya tidak berubah.

Menemukan Cinta Sejati [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang