Cerita 62 : Divorce

2K 176 29
                                    

Perpisahan bukanlah,
Akhir dari kehidupan..
Tetapi langkah awal,
Seberapa kuat kita..
Meneruskan kehidupan ini,
tanpa kehadirannya..

🌻🌻🌻

Tina POV

Hari ini proses belajar-mengajar di kelas berlangsung singkat, karena sekolah kami kedatangan artis ibu kota. Mereka datang dengan tujuan meng-kampanyekan "Hidup Sehat Tanpa Narkotika". Ada dua artis yang di undang untuk mengisi acara tersebut. Yakni, seorang penyanyi solo bernama Gibran Fuadi dan band pendatang baru yang sedang naik daun King Cobra. Acara tersebut di siarkan secara langsung di salah satu TV swasta. Aku kenal dengan Gibran. Kami pernah satu pentas saat mengisi sebuah acara di stasiun TV. Setelah berbincang sebentar dengan Gibran dan beberapa kru TV, aku mengajak Erna ke kantin untuk menghindari keramaian. Awalnya Erna enggan karena ia ingin melihat Kay bernyanyi. Ia sangat ngefans dengan Kay, vocalist band King Cobra yang ganteng dan jadi pujaan kaum hawa. Selain itu, Erna juga ingin foto bareng dengan Kay. Tapi saat aku berbalik dan berjalan sendiri menuju kantin, ia berlari menyusulku karena tidak tega melihat aku makan sendirian.

Meski dulu aktif bermain band, tapi aku tidak tertarik ikut menonton. Padahal semua murid dan guru sudah berkumpul di lapangan basket. Aku dan Erna pun berjalan menuju kantin. Erna merangkul bahuku sambil menyanyikan lagu band King Cobra yang sedang hits. Nyanyian Erna membuat aku tersenyum. Lima menit setelah aku dan Erna tiba di kantin, Sandra masuk bersama Niken. Hal ini membuat Erna jengkel dan mengajakku pindah duduk di sudut kantin agar kami bisa makan dengan tenang tanpa ada gangguan. Untung saat ini kantin sedang sepi. Hanya ada 3-4 orang siswa kelas dua yang sedang menyantap nasi goreng. Erna lalu memesan dua mangkok bakso dan dua gelas es jeruk. Sementara Erna memesan, aku bisa melihat Sandra yang sedang menatapku dari kejauhan.

Niken yang duduk di sebelahnya, asyik menyantap sebungkus pentol cilok. Sementara Sandra tidak memesan apa-apa. Ia hanya menatapku dengan tajam sambil sesekali melihat ponselnya. Beberapa hari yang lalu Sandra mengirim pesan whatsapp padaku, bahwa ingin mengobrol serius denganku. Tapi pesan Sandra hanya ku baca saja. Aku enggan membalasnya karena aku masih dendam pada Sandra perihal bubuk putih saat menginap di villa milik keluarganya. Saat hampir bertemu dengannya di koridor, aku sengaja berbelok ke perpustakaan atau ke ruang OSIS menghindari Sandra. Kadang aku sembunyi di belakang Erna. Tentu saja kalau ada Erna, Sandra tidak bisa mendekat. Hal ini membuat Sandra jengkel dan terus-terusan mengirimiku pesan. Aku sangat kesal saat membaca pesan Sandra yang berisi kalimat kebencian. Karena sudah tidak tahan, aku memutuskan memblokir nomor Sandra sehingga ia tidak bisa mengangguku lagi.

Aku bersyukur berteman akrab dengan Erna. Sejak bertemu dengan mamanya, Erna tidak lagi bersikap kasar. Ia berubah dari anak pembangkang jadi anak penurut pada semua guru. Pada semua teman sekelas, Erna tidak lagi memaki atau memukul mereka. Ia bahkan berlaku lembut pada siapa saja, termasuk aku. Namun itu tidak berlaku dengan Sandra. Ia masih membenci Sandra dan menganggap Sandra musuh bebuyutannya.

Akhir-akhir ini aku dan Erna selalu jalan bareng. Entah itu di sekolah atau pun di luar sekolah. Erna membantuku mengerjakan semua tugas sekolahku yang tertinggal selama latihan fisik di Tangerang. Erna sangat antusias saat aku menceritakan pekerjaan paruh waktuku sebagai polisi khusus. Ia mendukung pilihanku dan berharap aku menjadi polisi hebat di masa depan.

Sudah dua bulan berlalu pasca latihan fisik yang ku jalani di Tangerang. Namun hingga kini, aku belum juga mendapat panggilan dari kapten Muji atau bang Joe. Padahal aku ingin sekali bertugas bersama tim polisi khusus lainnya. Saat ku tanyakan pada bang Joe di markas, ia bilang kapten Muji memberikan aku waktu mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian semester yang akan berlangsung pekan depan sehingga aku belum boleh bergabung. Ugh, menyebalkan. Padahal aku ingin sekali memakai seragam dan mengenakan sabuk pistol seperti yang pernah di pakai bang Ilham. Bang Joe berjanji jika ujianku sudah selesai, aku boleh ikut bergabung dengan tim khusus menjalani misi yang di berikan kapten Muji. Jadi yang bisa aku lakukan saat inilah adalah belajar, belajar dan belajar.

Menemukan Cinta Sejati [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang