Cerita 75 : Go Home (4)

1.8K 134 20
                                    

Kadang perlu terluka,
Untuk merasakan bahagia..
Meski dalam diam keheningan,
Masih terselip kata rindu di hati..

🌻🌻🌻

Alexa POV

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam. Namun mataku belum juga mengantuk. Aku berdiri di dekat jendela sambil mengamati langit yang bertabur bintang. Sepertinya malam ini aku begadang lagi. Sama seperti malam-malam sebelumnya, dimana aku selalu tidur di atas pukul 1 dini hari. Meski sering begadang, tapi aku rutin bangun jam 6 pagi. Itu sudah menjadi kebiasaanku sejak duduk di bangku SMA.

Begitu banyak yang ku pikirkan saat ini, hingga insomnia-ku kambuh lagi. Pekerjaan yang menumpuk di kantor, permintaan klien untuk menangani kasus mereka di pengadilan, dan tentu saja jadwal kepulanganku ke Indonesia yang harus di tunda karena masih ada pekerjaan yang belum selesai. Syukurlah Ayaka, anak perempuanku satu-satunya mengerti tentang kondisiku. Ia bahkan memintaku fokus menyelesaikan pekerjaan sebelum aku mengajukan cuti pulang ke Indonesia.

Besok, sidang terakhir kasus klienku. Setelah hakim ketua membacakan Amar Putusan, aku akan menemui James. James rekan kerjaku di kantor. Ia juga teman kuliah, saat aku menempuh pendidikan Magister di Tokyo. James-lah yang mengajakku mendirikan Firma Hukum di Singapura. Sesama pengacara, kami sudah banyak melewati sidang pengadilan. James sudah seperti kakak lelaki bagiku karena hubungan kami sangat dekat baik saat di kampus ataupun di luar kampus. Semoga saja James tidak keberatan dengan permintaan cutiku. Karena aku sudah janji pada bang Renjo dan kak Akane untuk membantu mengurus pernikahan Hikaru.

Aku berjalan ke dapur, membuka kulkas lalu mengambil sekotak susu coklat. Kemudian aku kembali ke kamar kerjaku dan duduk di kursi putar. Aku membuka tutup kotak susu dan meminumnya dengan nikmat. Selesai minum, aku menutup kembali kotak susu dan meletakannya di atas meja.

Aku membuka laci meja dan mengambil novel Relung Relung Gelap Hati Sisi di dalamnya. Ada empat foto yang ku simpan di bagian tengah halaman novel. Pertama, fotoku bersama Flo, Nia, dan Arum saat kelulusan SMA. Kedua, foto Tina dan Aya saat berada di panti Asuhan milik kak Yanti, ketiga fotoku bersama Nia dan Arum memakai jaket almamater di depan kampus Universitas Indonesia, dan terakhir fotoku berdua dengan Nia di puncak gunung Tangkuban Perahu.

Aku memandang wajah Nia dalam foto. Ada rasa rindu yang tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata. Rasa rindu yang selalu datang tiap kali aku melihat foto-foto tersebut. Puluhan tahun sudah berlalu, tapi aku belum bisa melupakan Nia. Sosok wanita yang pernah singgah dalam hidupku. Ada banyak kenangan manis dan pahit yang telah kami lewati bersama. Sampai akhirnya Nia lebih memilih Arum ketimbang diriku. 

Aku lalu memandang foto Aya dan Tina. Aku tersenyum melihat keduanya. Ah..Tina, sekarang kamu sudah besar. Tinggi badannya bahkan melebihi Aya beberapa centi. Aku tidak menyangka, bayi mungil yang dulu pernah ku gendong sekarang menjalin asmara dengan putri tunggalku. Apakah ini semacam hukum karma..? Seperti hubunganku dengan Nia pada masa lalu..? Entahlah. Awalnya aku shock, saat Hikaru mengatakan Aya memilih hidup menjadi gay. Ini mengingatkan pada masa lalu-ku yang suram. Namun, akhirnya aku merestui pilihan Aya hanya karena ingin melihatnya bahagia.

Aku melihat jam beker di atas meja kerjaku. Sudah jam setengah sebelas. Kalau di Jakarta, mungkin sekarang baru pukul sembilan atau setengah sepuluh karena waktu Singapura lebih cepat satu jam. Aku mengambil ponsel dalam saku celanaku dan mencari kontak Aya. Sambil menunggu sambungan telfon terhubung, aku kembali minum susu kotak beberapa teguk. Telfonku baru di angkat pada dering ketiga.

Menemukan Cinta Sejati [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang