Cerita 32 : Truth Or Dare

2.4K 202 12
                                    

Kejujuran itu pahit, Tapi kau akan lega setelah mengatakannya..

🌻🌻🌻

Ayaka POV

Kami tiba di villa milik bang Hika setelah menempuh perjalanan selama dua jam. Bang Hika mematikan mesin, lalu kak Zia keluar dari mobil terlebih dahulu. Aku membangunkan Tina yang masih terlelap di bahuku.

"Tina, bangun. Kita udah sampai." kataku sambil menepuk-nepuk pipinya dengan tangan kiri. Sementara tangan kananku masih berada dalam genggaman tangan kiri Tina.

Tina lalu membuka mata dan melepas genggaman tangannya dari tangan kananku. Aku membuka pintu dan keluar sambil meregangkan ototku yang pegel karena kelamaan duduk di atas mobil. Lalu di ikuti oleh Tina yang menatap villa dengan pandangan kagum.

 Lalu di ikuti oleh Tina yang menatap villa dengan pandangan kagum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Wow..villanya keren. Ada kolam renangnya juga." puji Tina sambil mengamati villa dan sekitarnya. Lalu ia berjalan menuju sisi kanan padang rumput. Mau ngapain dia ke sana..?

"Welcome to Cipanas." kata kak Zia layaknya seorang tour guide.

"Wah..bagus banget tempatnya bang. Tapi ngomong-ngomong bang Ilham dan yang lainnya kok belum juga sampai..? Apa mereka nyasar..?" tanyaku pada bang Hika.

"Jangan khawatir, Adi tahu kok villanya. Mungkin mereka singgah ke suatu tempat membeli sesuatu. Oh, ya Zia. Apa pak Nanang sudah kamu beritahu kalo kita mau datang hari ini..?"

"Sudah, bang. Kemarin pagi aku telefon. Katanya sudah di siapkan semua keperluan di villa. Jadi kita tinggal menempatinya saja. Mungkin sebentar lagi, beliau ke sini mengantarkan kunci. Tadi aku sudah kirim pesan ke ponsel pak Nanang, bahwa kita hampir tiba di villa." jawab kak Zia.

"Siapa itu, pak Nanang bang..?" tanyaku penasaran.

"Penjaga Villa. Beliaulah yang membersihkan villa ini sekali seminggu. Jika mau berkunjung ke villa, kita harus memberitahu sehari sebelumnya pada pak Nanang agar ia bisa menyiapkan semua kebutuhan kita. Nah, itu orangnya datang."

Aku menoleh ke gerbang pintu masuk. Tampak seorang bapak tua berumur 40 tahunan di boncengi seorang laki-laki seusia ko Vino.

"Mas Hikaru, mbak Zia. Kumaha damang..?" kata si bapak ramah sambil bersalaman dengan bang Hika dan kak Zia.

"Baik, pak. Apa semua barang yang saya pesan sudah bapak siapkan..?" tanya kak Zia.

"Sudah, atuh. Semuanya sudah beres. Gas buat masak sudah saya pasang, bola lampu yang rusak sudah saya ganti. Galon air minum sudah saya pasang. Selimut dan seprei yang kotor sudah saya ganti. Kolam renangnya sudah saya bersihkan. Kalau mas Hikaru dan keluarga mau bikin api unggun, kayu bakarnya sudah saya siapkan. Ada juga beberapa keperluan dapur, seperti beras, mie, telur, gula, kopi dan minyak goreng. Oh, ya. Ini kuncinya. Jika nanti mas Hikaru mau balik ke Jakarta, hubungi saja saya. Nanti saya ke sini lagi ngambil kuncinya."

Menemukan Cinta Sejati [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang