Bab 24 | Terpaksa Berbohong

1.2K 66 3
                                    

Berbohong demi kebaikan tak mengapa kan?

Arsyila Putri P.


Aku mengerjapkan kedua mataku yang terasa panas, kepalaku terasa pusing karena menangis semalaman. Aku beranjak dari ranjang menuju meja rias, ku lihat diriku dipantulan cermin dan terlihatlah sesosok wanita dengan rambut acak-acakan dan mata sembapnya. Aku lah wanita itu, keadaanku sekarang seperti mayat hidup saja wajah pucat rambut berantakan dan mata bengkak.

Aku menggelengkan kepala pelan lalu menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri, setelah selesai ku gelar sajadah dan memakai mukena lalu melaksanakan shalat subuh. Setelah selesai melaksanakan ibadah aku mengambil seragam sekolahku didalam lemari lalu mulai memakainya kemudian menyisir rambut dan memakai bedak dan lip balm dengan tipis, kali ini rambut panjangku kubiarkan tergerai dengan cantiknya.

Kuambil tas ku yang berada didekat meja belajar lalu kusampirkan dibahu kananku, mulai kulangkahkan kaki ku keluar kamar menuju ruang makan. Sesampainya diruang makan tampaklah Brian lengkap dengan seragamnya sedang duduk santai sambil memakan sarapannya, aku memalingkan wajahku ketika tak sengaja bersitatap dengan mata coklat terangnya. Kulangkahkan kakiku semakin dekat kearahnya, mengambil segelas susu yang tersedia diatas meja meminumnya dengan cepat lalu hendak melangkahkan kaki keluar rumah.

Hari ini aku bangun agak terlambat oleh karenanya aku tidak sesantai seperti biasanya, baru saja aku menginjakkan kakiku di garasi untuk mengambil sepeda motorku Brian datang dengan setengah berlari menuju kearahku membuatku memutar kedua bola mata jengah dengan kelakuannya.

"berangkat bareng gue."

"gak gue gak mau."

"harus mau."

Aku menaiki sepeda motorku hendak menghidupkan mesin tetapi langsung saja dia mengambil kunci motorku lalu memasukannya kedalam saku celana abu-abunya, ku tatap dirinya dengan tajam sedangkan yang ditatap hanya menampilkan wajah datarnya.

"balikkin gak kunci motor gue?"

Dia menggelengkan kepalanya. "gak, bareng gue aja."

Aku mendengus sebal. "kok lo maksa sih?"

Dia tak menjawab pertanyaanku malah menarik tanganku supaya turun dari atas jok motor lalu menuntunku menuju mobilnya, membukakan pintu samping kemudi dan mendudukanku setelah itu ia menutup pintunya lalu membuka pintu kemudi mendudukan dirinya kemudian menghidupkan mesin mobil. Keadaan didalam mobil sunyi tak ada yang memulai pembicaraan hanya terdengar lantunan suara penyanyi asal kanada Justin Bieber-Love Yourself, aku yang memalingkan wajahku keluar jendela melihat jalanan dan Brian yang fokus menyetir.

Sesampainya kami di area parkir sekolah aku langsung membuka pintu mobil dan keluar ketika mobil yang dikemudikan olehnya berhenti diikuti dirinya yang mencoba mensejajarkan langkahnya dengan langkahku, aku tak melirik kearahnya tetapi terus mempercepat langkahku. Kuperhatikan saat melewati kelasnya dia tak membelokkan langkahnya tetapi malah mengikuti langkahku, akupun yang kesal memberhentikan langkah kakiku dan membalikkan tubuhku menoleh kearahnya dengan ekspresi kesal.

"Lo mau apalagi sih? Tadi maksa gue berangkat bareng, sekarang malah ngikutin gue terus." Kesalku.

"dih siapa yang mau ngikutin lo? Orang gue mau ke toilet juga." lalu melangkahkan kakinya meninggalkanku menuju toilet.

Pipiku bersemu merah menahan malu, kegeeran banget sih aku diakan cuma mau ke toilet. Aku menepuk keningku pelan sambil menggelengkan kepala kemudian melanjutkan langkahku yang sempat berhenti menuju kelas, ketika sampai dikelas terlihat suasana kelas telah sepi karena semua siswa-siswi SMA Pandawa sudah berbaris rapi dilapangan. Sebentar lagi upacara bendera akan segera dimulai, aku langsung berlari dengan cepat menuju lapangan takut jika terlambat. Sekolahku ini termasuk sekolah yang menjunjung tinggi kedisiplinan bagi seluruh murid tanpa terkecuali jika terlambat sedetik saja maka akan dikenakan sanksi, aku memberhentikan langkahku dan merutuki kebodohanku ketika aku lupa membawa topi.

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang