Kami sampai di bandara Soekarno-Hatta dengan keadaan selamat, tak ada lecet sedikitpun kecuali Brian yang wajah dan tangannya terdapat bekas ruam merah yang masih tertinggal. Walaupun cuma sedikit tetapi tak mengurangi kadar ketampanannya kok. Disepanjang perjalanan menuju parkiran tempat dimana mobil Brian yang sudah diparkirkan oleh temannya, aku mendengus kesal bagaimana tidak kalau disepanjang jalan semua perempuan memandang penuh kagum terhadap Brian. Aku mah apa atuh cuma remahan debu yang tak ternilai.
Brian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, keadaan didalam mobil hening. Dia yang sibuk dengan jalanan sedangkan aku yang sibuk dengan ponselku membalasi pesan dari grup cuantiksekaliii.
Tak terasa selama kurang lebih 30 menit kami sampai dipelataran rumah, setelah Brian memarkirkan mobilnya di garasi rumah aku langsung turun diikuti dirinya. Pak Harjo datang untuk membawakan koper beserta oleh-oleh yang berada di bagasi mobil sedangkan kami memasuki rumah dan langsung duduk di sofa.
"duh lelahnya." aku menyandarkan kepalaku disandaran sofa.
"ini diminum dulu den, non."
Bi Asih datang membawa dua gelas jus mangga lalu meletakkannya di meja tepat didepan kami.
"makasih ya Bi, duh pake ngerepotin segala."
"Bibi gak ngerasa repot kok non, ya udah kalau gitu Bibi kebelakang dulu ya, kalau non Syila sama den Brian mau makan udah Bibi sediain di meja makan."
"iya Bi makasih." Bi Asih mengangguk lalu melenggang pergi menuju dapur.
Aku berdiri hendak menuju kamar tetapi langsung terhenti ketika Brian menahan tanganku.
"mau kemana?"
"kamar."
"ikut." aku hanya mengangguk saja.
Aku pun berjalan menaiki tangga diikuti Brian yang berada di belakangku, aku mengernyitkan dahiku ketika menyadari bahwa Brian mengikutiku sampai aku memasuki kamarku. Aku membalikkan badanku lalu menatapnya heran.
"kamu ngapain ngikutin aku?"
"ye siapa yang ngikutin kamu? Orang aku mau tidur." Brian menaiki kasurku lalu merebahkan tubuhnya.
"ngapain tidur disini? sana tidur dikamar kamu sendiri." aku menarik tangannya agar bangun tapi yang terjadi malah aku yang terjatuh diatasnya, aku mencoba bangun tetapi dia malah memelukku membuatku memberengut kesal.
"ish lepasin."
"udah tidur aja, kenapa sih?" kesalnya.
"ya sana kalau mau tidur, dikamar masing-masing."
"numpang bentar pelit banget sih?"
"bodo ayo sana turun." aku menarik tangannya agar turun tetapi dia tak mau beranjak sedikitpun.
"enggak." dia kembali menarikku membuatku jatuh kedalam pelukannya.
Aku mencoba melepaskan diri.
"tidur." titahnya bak seorang raja.
Aku kembali bergerak gelisah untuk melepaskan diri.
"tidur Syila." ucapnya penuh dengan ketegasan, aku pun hanya diam menuruti. Dia merubah posisi menjadi menghadap kearahku tangannya dijadikan bantal untuk kepalaku, dia memeluk pinggangku dengan erat menenggelamkan wajahku didada bidangnya dan aku yang merasa nyaman pun terlelap.
* * *
"OH MY GOD SYILAAA!!!, BRIAAAN!!! AAAHHH!!! MATAKU TERNODAI!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage
RomanceSejak SMP Arsyilla sangat menyukai Brian atau lebih tepatnya rasanya telah berubah menjadi cinta karena hingga mereka menginjak bangku SMA perasaan Syilla sama sekali tidak pudar malah bertambah setiap harinya, mereka menjadi dekat karena Brian pern...