Sepulang sekolah aku melangkah dengan cepat menuju gerbang sekolah untuk mencari taksi sebelum aku kembali bertemu Brian dan dia akan memaksaku pulang bersamanya, aku memberhentikan sebuah taksi bertepatan dengan mobil Brian yang telah keluar dari area parkir. Segera saja aku masuk kedalam taksi lalu menyuruh sopir taksi untuk menjalankam taksi ini dengan cepat.
"Pak ayo buruan ke Rumah Sakit Sehati."
"iya dek sabar."
Dalam perjalanan aku merasa was-was, bagaimana kalau Brian tau bahwa aku akan ke rumah sakit menjenguk Arsen kemudian dia menyusulku kerumah sakit?
"dek udah sampe."
"oh iya makasih Pak."
"sama-sama."
Aku menuruni taksi tak lupa membayarnya terlebih dahulu lalu kulangkahkan kakiku dengan cepat memasuki rumah sakit menuju kamar inap Arsen, ketika membuka pintu terlihat ruangan ini sunyi tak ada tanda-tanda ada Bunda dan Rossi hanya ada Arsen yang memejamkan matanya di brankar rumah sakit. Aku menghampirinya tak lupa menutup pintunya dengan pelan takut membangunkan dirinya yang masih terlelap, ku dudukan diriku di kursi samping brankar dan ku letakkan tanganku mengusap pelan rambutnya hingga mata yang semula terpejam mengerjap dengan perlahan membuka kedua matanya dan tersenyum kearahku aku pun membalas senyumnya.
"kamu dateng?"
Aku menggangguk.
"kan aku udah janji." lalu tersenyum lembut kearahnya.
"masih pake seragam sekolah?" Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal.
"emm iya kan aku pulang sekolah langsung kesini." Arsen tersenyum lebar kearahku.
"makasih ya udah bela-belain dateng kesini masih pake seragam sekolah lagi, kenapa gak pulang dulu aja nanti kesini?"
"ya gak apa-apa lagi pengen aja."
"lagi pengen apa emang udah kangen sama aku?" dia tersenyum menggoda.
Aku memukul lengannya pelan. "ish kamu nih."
Dia meringis membuatku khawatir apa aku mengenai lukanya? "aduh maaf ya."
Dia tertawa sambil memegangi perutnya aku yang menyadari bahwa telah dikerjai pun mencebikkan bibirku cemberut.
"seneng banget ya kamu ngerjain aku?"
"ya habisnya muka kamu kalau lagi khawatir itu lucu tapi makasih ya karena udah khawatir sama aku tandanya kamu cinta aku."
Dia tersenyum senang membuatku mematung seketika, aku hanya terseyum bingung mau menanggapi apa.
"kamu udah makan?" dia menggeleng pelan.
"kenapa gak makan?"
"nungguin kamu supaya sekalian disuapin." dia menyengir membuat ku mencibir.
"manja."
"biarin manja sama pacar sendiri gak apa-apa lah."
Aku mengambil makanan Arsen yang masih tertutup rapat di atas nakas samping ranjang, ku buka tutupnya lalu mengarahkan suapan pertama kearah bibir Arsen. Dia menutup mulutnya menggunakan tangan dan menggelengkan kepalanya membuatku bingung.
"buka mulutnya, kamu kan belum makan."
"aku gak mau makan bubur terus, bosen." dia memberengut seperti anak kecil membuatku terkekeh pelan.
"kamu kan belum sembuh jadi gak boleh makan sembarangan dulu, sekarang makan ini aja ya?"
"gak mau." dia menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage
RomanceSejak SMP Arsyilla sangat menyukai Brian atau lebih tepatnya rasanya telah berubah menjadi cinta karena hingga mereka menginjak bangku SMA perasaan Syilla sama sekali tidak pudar malah bertambah setiap harinya, mereka menjadi dekat karena Brian pern...