Bab 14 | Menerima

1.1K 68 2
                                    

Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan Tante Lina di taman rumah sakit, kami memutuskan untuk kembali ke kamar inap Ayah untuk memberitahukan jawaban yang Ayah inginkan. Terlihat Tante Lina yang tersenyum sumringah seraya menggenggam tanganku dan wajahku yang tertunduk lesu .

"Tante dari dulu pengen banget kalo kamu jadi menantu Tante." ucap Tante Lina tiba-tiba dan aku hanya tersenyum membalasnya.

Setelah sampai kulihat hanya ada Ibu, Brian dan Om Dhani. saat aku bertanya dimana Tante Rina dan Raina berada, Ibu menjawab mereka pulang duluan karena tiba-tiba ada urusan mendadak yang tidak bisa ditunda.

"A-ayah." panggilku lirih.

Aku mendekati Ayah dan langsung memeluknya.

"M-maafin ..hiks maafin Syila ..hiks yah ..hiks." Aku menangis dipelukan Ayah.

"sst sst gak usah minta maaf, jika memang kamu tidak bisa menuruti permintaan Ayah gak apa-apa. Seharusnya Ayah yang minta maaf karena telah memaksakan kehendak, maafin Ayah ya sayang." ucap Ayah mengelus rambutku dan sesekali menciumi puncak kepalaku.

Aku melepaskan pelukan Ayah lalu menghela nafas pelan.

'semoga ini keputusan yang benar ya Allah' batinku berdoa.

"Syila mau yah dijodohin sama Brian." Percayalah aku setengah tak ikhlas mengucapkan itu.

Mata Ayah berbinar seketika saat mendengar ucapan ku yang menerima perjodohan ini

"benarkah?" tanya Ayah memastikan

Aku hanya menganggukan kepala dan berusaha menyunggingkan senyumku

Ayah langsung membawaku kedalam dekapan hangatnya

"makasih sayang makasih" gumam Ayah
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.
Setelah beberapa hari Ayah dirawat dirumah sakit hari ini Ayah sudah diperbolehkan pulang dengan syarat harus menjaga pola makan dan istirahat total

Setelah sampai dirumah belum lama Om Dhani dan Tante Lina tak lupa Brian datang kerumah dengan alasan menjenguk Ayah sekaligus membahas tentang perjodohan kami

Disinilah kami berada diruang tamu dengan aku yang duduk diantara kedua orangtuaku dan Brian yang duduk diantara kedua orangtuanya

"jadi bagaimana apa kita harus mengadakan acara pertunangan dulu?" tanya Om Dhani

Ayah berdehem terlebih dahulu untuk menetralkan nada suaranya

"lebih baik langsung menikah saja kita tidak boleh menunda-nunda hal yang baik kan? dengan acara yang sederhana saja undang orang-orang terdekat dan kerabat karena mereka masih sekolah dan setelah mereka sama-sama lulus sekolah baru kita mengadakan acara resepsi besar-besaran" ucap Ayah panjang lebar

"kenapa tidak bertunangan dulu saja yah setelah lulus saja kami menikahnya?" ucapku mencoba bernegosiasi

"bukankah kamu sudah menyetujui permintaan Ayah?" tanya Ayah yang membuatku mati kutu

Aku menggoyangkan lengan Ibu yang berada disebelah kiriku "Ibu" ucapku merengek

"ikuti saja kemauan Ayahmu ya sayang" ucap Ibu tersenyum lembut

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang