Bab 15 | Oleh-Oleh

1.1K 69 2
                                    

Besok adalah hari pernikahanku dengan Brian, kemarin aku telah memberitahu Fida bahwa aku besok akan menikah lewat telfon karena sudah seminggu ini aku tidak masuk sekolah. Jangan ditanya bagaimana reaksinya, sudah pastinya heboh. Dia menanyakan banyak pertanyaan yang membuatku pusing, ingin menjawab yang mana terlebih dahulu untuk dijawab. Setelah aku menceritakan semuanya kepadanya, dia langsung berteriak heboh disebrang sana membuat telingaku hampir tuli mendadak dibuatnya.

Aku menuruni anak tangga menuju dapur untuk mengambil air minum, saat melewati ruang tamu kulihat telah banyak pernak-pernik pernikahan yang telah terpasang. Aku melihat Ibu dan beberapa orang sedang sibuk memasang gorden berwarna putih, sebenarnya tak hanya gorden yang berwana putih tetapi pakaian saat melangsungkan akad pun berwarna senada dengan gorden. Pernikahanku dengan Brian memang mengambil tema serba putih.

Pesta pernikahan dilakukan saat kami telah lulus sekolah, jadi setelah akad selesai aku langsung dibawa oleh Brian ke rumah yang dibelikan oleh orangtuanya sebagai hadiah pernikahan. Tadinya aku ingin protes ketika mengetahuinya, tapi setelah melihat kesehatan Ayah yang sepertinya kembali menurun kuurungkan niatku. Ketika sampai didapur aku langsung mengambil gelas dan mengisinya dengan air mineral, kulihat Bi Narti sedang memasak sesuatu.

"Masak apa Bi?" tanyaku setelah meminum air hingga tandas tak tersisa.

"ini non lagi masak rendang." jawab Bi Narti melirik sekilas kearahku lalu melanjutkan pekerjaannya.

Aku mengernyitkan dahiku bingung.

"rendang? buat siapa Bi? kan dirumah ini gak ada yang suka rendang kecuali kak Ar-.." aku tak melanjutkan ucapanku ketika teringat ucapan Kak Arkhan minggu lalu bahwa dia akan pulang sehari sebelum pernikahanku.

"ya udah ya Bi aku ke atas dulu." ucapku lalu melangkahkan kakiku ingin menuju kamar kembali.

karena Ayah dan Ibu tidak memperbolehkan ku untuk kemana-mana, saat ku tanya alasannya mereka kompak menjawab bahwa besok aku sudah akan menikah takutnya aku kabur dan pernikahan pun batal. Anehkan alasannya, aku sampai geleng-geleng kepala mendengarnya. jadi lebih baik aku dikamar saja, toh disini aku tidak diperbolehkan membantu apapun takutnya kecapean. Saat kembali melewati ruang tamu, kulihat seorang laki-laki yang tak asing lagi bagiku.

"KAK ARKHAN!!!" teriakku lalu langsung berhambur kedalam pelukannya.

Kak Arkhan membalas pelukanku lalu terkekeh pelan melihat tingkahku. "besok udah mau jadi istri orang, masa kelakuannya masih aja kayak anak-anak." Ejeknya.

Aku langsung melepaskan pelukan lalu mencebikkan bibirku. "kan gue emang masih anak-anak."

"he.. he.. bercanda dek." Ia terkekeh.

Aku memukul kepalanya hingga membuatnya mengaduh kesakitan.
"dek yang sopan sama kakak." tegur Ibu ketika melihat kelakuanku.

Aku hanya menyengir kearah Ibu lalu menatap kesal kearah Kak Arkhan.
"habisnya kak Arkhan sih." kesalku.

Dia hanya terkekeh lalu mengajakku menuju kamarnya, katanya ada sesuatu yang ingin dia bicarakan kepadaku. Aku hanya megikutinya dari belakang dengan wajah cemberutku masih kesal dengannya.

"ada apa sih kak?" tanyaku.

"he.. he.. gak apa-apa." dia menyengir kuda membuatku semakin kesal.

"oh iya mana oleh-olehnya?" pintaku seraya menengadahkan tangan kearahnya.

"ck, giliran minta oleh-oleh aja semangat." ucap Kak Arkhan berdecak kesal aku hanya menanggapinya dengan cengiran.

"mana?" pintaku lagi.

"tuh lo ambil sendiri didalam koper, Kakak mau mandi dulu." ucapnya kemudian berlalu menuju kamar mandi.

Aku langsung saja membuka koper kak Arkhan dan mengobrak-abriknya mencari oleh-oleh yang Kak Arkhan maksudkan untukku, setelah menemukannya mataku langsung berbinar.

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang