Bab 21 | Korban

1.3K 67 1
                                    

Aku mengerjapkan kedua mataku lalu memegang kepalaku yang diperban dan terasa pusing, bau obat-obatan langsung masuk kedalam indra penciumanku kemudian dengan perlahan-lahan kuedarkan pandangan keseluruh penjuru ruangan serba putih ini ternyata aku berada dirumah sakit.

Pandanganku jatuh pada seorang lelaki yang sedang menelungkupkan kepalanya disamping ranjang  aku seperti merasakan 'dejavu' sekarang ini. Perlahan-lahan ku goyangkan lengannya hingga membuatnya terbangun.

"eh lo udah sadar?"

Aku hanya menganggukan kepalaku hingga ingatanku kembali kepada kejadian tadi sehingga membuatku merasakan sesak tetapi langsung saja aku tepis perasaan itu.

"orang yang hampir bertabrakan sama gue gimana keadaannya?"

"eemm.. dia koma."

Aku mematung mendengar penuturannya itu.

"tolong anterin gue ke tempat orang itu."

"t-tapi lo baru aja sadar."

Aku mengernyit bingung mendengarnya gugup seperti itu, aku jadi curiga apakah ada yang hal yang disembunyikan olehnya dariku dan siapakah orang yang hampir bertabrakan denganku?

"ANTERIN GUE SEKARANG." ucapku penuh penekanan.

Dia mengela nafas pasrah "oke."

Aku mencoba untuk turun dari ranjang tetapi langsung ditahan olehnya.

"ada apa lagi?"

"pake kursi roda."

"tapi gue gak apa-apa kaki gue masih bisa jalan."

"pake kursi roda atau enggak sama sekali."

Kali ini aku yang menghela nafas pasrah mendengarnya dan dia pun membantuku duduk di kursi roda lalu mendorong ku keluar menuju ruangan dimana seseorang yang hampir saja bertabrakan denganku. Saat dia telah membuka pintu kami dan pun masuk kedalam ruangan ini sudah ada seorang wanita paruh baya dia menolehkan kepalanya kearah kami. Aku mendorong kursi rodaku semakin mendekat kearah ranjang untuk melihat wajah seorang lelaki yang sedang terbaring lemah dengan berbagai peralatan rumah sakit.

'deg'

Jantungku tiba-tiba berhenti berdetak ketika mengetahui seseorang yang sedang terbaring lemah tak berdaya diatas ranjang rumah sakit.

"A-ar-s-sen." tenggorokanku tercekat memanggil namanya.

Aku mendekat kearah Arsen yang terbaring lemah lalu langsung memeluknya tiba-tiba, tangisku pecah seketika melihat keadaannya seperti ini semua ini salahku kalau saja aku tidak lengah dalam mengendarai sepeda motorku Arsen tidak akan membelokkan setirnya hingga menabrak pembatas jalan.

"hiks.. hiks.. Arsen bangun, i-ini aku hiks.. Syila."

Wanita paruh baya yang sedari tadi memperhatikanku pun mendekat kearahku lalu memelukku, tangisku semakin pecah didalam pelukan wanita itu.

"semua ini salah aku Tan hiks.. kalau saja aku hiks.. aku tidak lengah hiks.. Arsen hiks.. pasti tidak hiks.. akan koma seperti ini hiks.."

"ssst berhenti menyalahkan dirimu sendiri, ini semua sudah takdir Allah kita tidak bisa menghindarinya." sambil mengusap-usap punggungku dengan lembut mencoba memberikan ketenangan.

"m-maafin hiks.. maafin a-aku hiks.. Tan."

"semua ini bukan salah kamu, udah ya jangan nangis lagi kasian Arsen kalau dia bangun melihat keadaanmu seperti ini."

aku menganggukan kepalaku lalu mengusap air mataku dengan punggung tangan ku.

"makasih Tan."

"iya sekarang kita duduk di sofa sebelah sana ya?"

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang