Bab 32 | Liburan

1.1K 67 8
                                    

Hari ini aku dan Brian keluar rumah dengan Brian yang menggeret koper berwarna hitam, tentang tiket liburan itu penerbangannya dilakukan pagi. Untuk itu kami dari subuh setelah kami selesai shalat kami langsung menuju bandara, Brian menaruh kopernya di bagasi mobil sedangkan aku langsung memasuki mobil lalu mendudukan diriku disamping kemudi diikuti Brian yang telah selesai menaruh koper.

Brian fokus dengan jalanan dan aku fokus dengan ponselku, sesekali tertawa membaca pesan yang Arsen kirim. Yup anggap saja aku keras kepala dan tak menuruti kemauan suami karena tak segera menjauh dan jujur dengan statusku saat ini kepada Arsen, tapi jika kalian jadi aku pasti kalian pun tak akan tega melihat Arsen yang berbinar bahagia ketika dia bersamaku.

"chattingan sama siapa?"

Pertanyaan yang terlontar dari Brian membuatku terlonjak kaget, aku menolehkan kepalaku kearah Brian yang sedang fokus menatap jalanan.

"hmm?"

"chat sama siapa?" dia mengulangi pertanyaannya membuatku gugup untuk menjawab.

"sa-sama Fi-Fida."

Aku tak sepenuhnya berbohong, selain chattingan dengan Arsen aku pun chattingan dengan Fida. Dia menatapku dengan seksama, keadaan sedang lampu merah. Aku mengalihkan pandangan kearah samping melihat jalanan yang dipadati kendaraan lain.

Baru saja Brian ingin membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu, lampu kembali berubah warna menjadi hijau. Diapun segera menjalankan mobilnya kembali membuatku menghembuskan nafas lega.

Kami sampai di bandara tepat pukul 6 pagi, Brian langsung menelfon seseorang untuk mengambil mobilnya lalu setelahnya ia menggandeng tanganku memasuki pesawat terbang. Ini bukan pertama kalinya aku mengikuti penerbangan melainkan kesekian kalinya karena dulu waktu SMP aku sering bepergian ke Padang, kerumah Nenekku dari sebelah Ibu. Ya tapi aku tidak bisa bahasa padang, tolong jangan mengejekku aku dibesarkan bukan dikota itu dan kalau berbahasa jawa aku jagonya bahasa sehari-harinya Ayah waktu kecil dulu.

Dulu kami tinggal di Solo tetapi setelah Ayah membuka kantor pusatnya di Jakarta akhirnya, kami semua pindah ke Jakarta. Dan ya kenapa kadang agak kagok dengan bahasa lo-gue an ya karena kami pindah baru satu tahun, Kak Arkhan berangkat ke Amerika dan kami pindah ke Jakarta saat aku akan memasuki bangku SMA. Kakek dan Nenek dari sebelah Ayahku semuanya berada di Solo begitupun juga dengan Paman dan Bibiku, maaf yah aku telat bercerita tentang diriku karena kesibukan memikirkan... ya kalian taulah.

Kami telah duduk dikursi penumpang pesawat dengan Brian yang sedang mendengarkan musik diponselnya lewat headset sambil memejamkan matanya dan aku yang bersandar di bahunya dengan memerhatikan wajah tampannya dengan intens. Kan sudah kubilang bahwa ia memiliki wajah yang tampan, ah tidak lebih tepatnya sangat tampan. Sebenarnya dibandingkan dengan Arsen yang memiliki wajah blasteran Brian lebih tampan dengan wajah Asia nya.

Setelah kami melalui penerbangan yang memakan waktu kurang lebih 30 menit kami pun telah sampai di kota Yogyakarta, Brian menggandeng tanganku menuju sopir yang disewa Papa selama di Yogyakarta dengan sebelah tangannya yang menggeret koper. Kalian pasti bertanya-tanya mengapa hanya Brian yang membawa koper sedangkan aku tidak, jawabannya adalah pakaianku dan pakaiannya berada dalam satu koper yang didalamnya hanya ada beberapa pakaian dan peralatan pribadi kami sendiri. Untuk apa kami membawa banyak-banyak pakaian? toh kami hanya berlibur kurang lebih selama seminggu bukannya mau pindahan.

"Pak Anto." Brian memanggil seorang pria kisaran umur empat puluhan yang sedang berdiri menyandarkan tubuhnya didepan mobil.

Orang yang disapa Pak Anto itu menoleh kearah kami dan segera menghampiri kami.

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang