Bab 31 | Kencan Yang Batal

1K 84 4
                                    

Sesampainya di dapur aku dan Brian langsung mendudukan diri kami bersebelahan, Papa mertuaku duduk di depan Brian sedangkan Mama duduk di depan ku. Tidak banyak obrolan yang terjadi ketika kami mulai memakan makanan kami.

"setelah kalian makan kita keruang keluarga dulu, ada yang mau Papa dan Mama bicarain sama kalian."

Kami hanya mengangguk, Papa pun meninggalkan kami menuju ruang keluarga diikuti Mama. Aku yang sudah selesai makan pun membereskan meja makan sambil menunggu Brian menghabiskan makanannya, setelah Brian menghabiskan makanannya kami pun menyusul Papa dan Mama yang terlebih dahulu telah berada di ruang keluarga. Aku mendudukan diriku di samping Brian yang menatap Papa bingung ketika Papa menyodorkan dua buah tiket liburan ke Yogyakarta .

"ini apa Pah?"

"tiket liburan untuk kalian."

Seketika senyumku merekah ketika mendengar penuturan Papa, sejak dulu aku memimpikan liburan ke Yogyakarta dan saat ini Papa mertuaku mengabukannya. Gak perlu jauh-jauh keluar negeri, yang aku impikan cukup aku merasa senang dan gembira sudah itu saja.

"Makasih Pa, Ma."

"sama-sama sayang."

"ya udah Mama sama Papa ke atas dulu."

Senyumku tak pernah memudar saat berjalan menuju kamar, setibanya di kamar aku langsung merebahkan tubuhku di atas kasur di ikuti Brian yang menidurkan tubuhnya di sampingku. Aku menaruh bantal guling di tengah-tengah antara aku dan Brian kemudian menarik selimut menutupi tubuhku hingga leher lalu mencoba memejamkan mataku. Aku membuka kedua mataku ketika merasakan pergerakan dari samping dan seketika sebuah tangan besar nan kokoh memeluk pinggangku dengan erat.

"B-brian?" aku sangat gugup pemirsa.

"biarin gini dulu." Gumamnya

Lalu membalikkan tubuhku menghadap kearahnya, dia menyembunyikan wajahnya di ceruk leherku. Aku pun hanya menghela nafas pasrah, dengan menepis segala kegugupan ku aku mencari posisi ternyaman untuk tidur. Brian mengarahkan tanganku untuk memeluk pinggang nya, aku hanya terdiam tak menolak dan hanya terpaku karena perbuatannya. Dia mengelus punggung ku dengan lembut membuatku merasa nyaman dan akhirnya terlelap sambil berpelukan.



* * *


Aku mengerjapkan kedua mataku saat mendengar suara adzan maghrib berkumandang dari arah masjid kompleks, ku lirik Brian yang masih tertidur pulasnya sambil memeluk pinggangku dengan erat. Kutepuk pipinya pelan, aku menghela nafas ketika merasakan tak ada pergerakan sama sekali bahkan melepaskan pelukannya di pinggangku pun tidak.

"Brian bangun.."

Aku kembali menepuk pipinya agak keras sambil memanggil namanya membuatnya menggeliat dan bergumam pelan sambil mengeratkan pelukannya dipinggangku dan semakin membenamkan wajahnya di ceruk leherku membuatku menahan nafas ketika hembusan nafasnya menerpa kulit leherku, dia terduduk sambil mengelus lengannya sesekali meringis ketika aku mencubit lengannya kesal.

"kebiasaan banget sih banguninnya pake nyubit-nyubit segala." kesalnya membuatku mendengus.

"salah siapa dibangunin kok susah banget kayak mati suri aja." ketusku.

"sana deh buruan ke kamar mandi wudhu terus shalat, gue mau kebawah bantuin Mama masak." Saat aku akan beranjak tanganku dicekal oleh seseorang, siapa lagi kalau bukan Brian pelakunya.

"gak usah bantuin Mama, Mama tadi bilang gak akan masak mereka mau ke tempat pernikahan anak kolega Papa."

Aku hanya mengangguk lalu mendudukan diriku di atas ranjang.

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang