Bab 19 | Pindah

1.5K 89 3
                                    

Aku membuka kedua mataku, ku rasakan berat dibagian pinggangku dan deru nafas seseorang dibelakang tengkukku hingga membuatku kegelian lalu aku membalikkan badanku kearah sesosok tampan yang sedang tidur dengan damainya. Aku memandangi wajah tampannya sesekali membelai pipinya yang mulus dan tersenyum kecil ketika sadar akan apa yang aku perbuat, ini tangan kenapa bergerak sendiri sih? aku merutuki diriku yang dengan beraninya menyentuh pipinya, langsung saja aku menjauhkan tanganku dari pipinya.

Brian memelukku dari belakang dan menelungkupkan wajahnya ke tengkukku, kenapa setiap berkontak fisik dengannya seperti ada aliran listrik yang menyentuhku mana jantungku dag-dig-dug tidak karuan seperti ini. Aku mencoba melepaskan pelukannya dari pinggangku tetapi tidak bisa, bukannya terlepas malah pelukannya semakin erat.

Aku menghela nafas, lama-lama kesal juga sama dia kalau seperti ini. aku mencoba lagi melepaskan pelukannya dengan menarik tangannya lepas dari pinggangku agak keras, takut mengganggu tidurnya dan kali ini berhasil. Aku tersenyum lega dan segera mengambil baju ganti didalam lemari lalu melangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Setelah selesai membersihkan diri, aku keluar dari kamar mandi kulihat Brian masih tidur dengan nyenyaknya. Aku hanya menggelengkan kepala pelan lalu berjalan ke meja rias dan mendudukan diriku dikursi untuk menyisir rambut panjangku.

Saat menyisir rambut sesekali aku melirik kearah Brian yang sekarang tengah mengerjapkan kedua matanya lalu mendudukan dirinya dengan tangan yang mengucek kedua matanya berusaha mengumpulkan kesadaran. Setelah selesai dengan urusanku, aku melangkahkan kakiku keluar kamar menuju dapur untuk membantu Ibu memasak. Bi Narti izin pulang kampung dikarenakan suaminya sedang sakit, sebelum itu aku menyuruh Brian untuk mandi  sedangkan aku membantu Ibu. Sesampainya didapur kulihat ibu tengah memotong sayuran, aku langsung menghampiri nya.

"Pagi Ibu." lalu mencium pipinya singkat.

"eh pagi juga sayang, udah bangun?"

Aku hanya mengangguk. "Ibu mau masak apa? Sini biar Syila bantuin."

"oh ini, Ibu mau masak sayur sop, bakwan udang, emm terus sama sambal terasi."

"ya udah sini Bu, biar Syila yang motong sayurannya."

"iya kalau gitu biar Ibu buat sambal terasinya dulu."

Akupun memotong wortel, brokoli, kentang dan sayuran lainnya dengan cekatan.

"Syil kalau udah selesai dipotong langsung dimasukin kedalam panci ya."

"iya Bu."

Setelah semuanya terpotong dengan sempurna aku memasukannya kedalam panci yang didalamnya berisi air yang telah mendidih dan potongan ayam, tak lupa juga memasukan bumbu berupa bawang putih, bawang merah, lada yang telah dihaluskan lalu garam dan sedikit penyedap rasa lalu menutupnya.

"udah Bu tinggal nunggu mateng aja."

"oh iya nak makasih ya."

Ibu masih sibuk menggiling cabe dan garam untuk membuat sambal terasi.

"terus Syila bantuin apa lagi bu?"

"emm kamu goreng aja itu bakwan udangnya." tunjuk Ibu kearah adonan bakwan udang.

Aku menganggukan kepala lalu mulai menggoreng bakwan udang tak lupa sesekali memeriksa sop yang tadi kubuat apakah telah matang atau belum. Setelah selesai menggoreng bakwan udang dan semuanya telah selesai dimasak, aku dan Ibu menaruhnya keatas meja makan dan menyiapkan piring untuk kami sekeluarga plus Brian sarapan.

"Syil kamu panggil Brian turun gih, suruh sarapan."

"lah kok aku sih Bu?"

Ibu menggelengkan kepalanya. "kamu kan istrinya."

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang