Bab 2 | Ditolong

1.9K 118 7
                                    

Teng... Teng... Teng

Bel pulang sekolah berbunyi, aku dan Fida segera membereskan perlengkapan menulis kami yang tergeletak berantakan di meja.

"Baiklah anak anak pelajaran selesai, kita lanjutkan materi nya minggu depan. Ibu akhiri wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh." ucap Ibu Devi selaku guru agama kami.

"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh." jawab kami serempak.

Ibu Devi pun bergegas keluar dari kelas kami.

"Udah belum syil? Cepetan gue ada janji nih." ucap Fida tak sabar karena aku tak kunjung selesai dengan urusanku.

"Ya sabar dong Fid, ini sebentar lagi selesai. Kalo mau duluan, duluan aja gak apa apa kok." ucapku yang masih membereskan buku dan alat tulis lalu memasukannya kedalam tas.

"Bener nih gak apa apa gue tinggal?" Tanyanya memastikan.

"Iya bener, kata nya lo ada janji. Cepet sana, nanti telat." ucapku meyakinkan nya.

"Bener ya? sorry banget gue gak bisa nungguin lo, soalnya keburu gue di tungguin sama Farhan. Takut nya dia marah lagi, sekali lagi sorry ya syil gue tinggal nih byee." pamitnya.

"Iya gak apa apa byeee juga, hati-hati dijalan!!." balasku, aku pun melanjutkan beres beres perlengkapan ku yang tadi tertunda. Di dalam kelasku hanya tinggal ada aku karena yang lain sudah pada pulang lebih dulu.

Setelah selesai, aku keluar dari kelas melewati koridor-koridor kelas X IPA menuju area tempat aku memarkirkan sepeda motor ku tadi pagi, ngomong-ngomong tentang Farhan, laki-laki itu adalah pacarnya Fida. Mereka sudah menjalin hubungan ketika masih kelas satu SMP dan sampai sekarang, kira kira sudah tiga tahun lebih mereka berhubungan.

Farhan seangkatan dengan kami dan juga bersekolah disini, bedanya dia mengambil jurusan IPA sedangkan kami mengambil jurusan IPS. Farhan itu dulunya salah satu teman sekelas kami waktu di SMP, dulunya dia sering menjahili Fida. Eh taunya sekarang gak nyangka aja bisa pacaran dan langgeng sampai sekarang, aku cuma bisa berharap semoga mereka bisa langgeng sampai pelaminan dan sampai maut memisahkan mereka berdua.

Aku terus menyusuri koridor-koridor kelas dan tak lama aku sampai ke tempat parkiran, aku mengambil motor matic ku dan menyalakannya. Aku pun keluar dari area parkiran sekolah sambil bersenandung ria.

Tiba-tiba motorku macet dan berhenti di pinggir jalan. "eh kenapa ini ya ampun, yah kok berhenti sih?."
Ucap ku ngedumel karena motor ku yang macet.

"Ini motor kenapa sih? Mana bengkel masih jauh lagi." dumelku lagi.

Saat aku lagi ngedumel gak jelas akibat motor ku yang macet, terdengar suara deru motor yang menghampiri ku dan tepat berhenti di sampingku .

"Kenapa motornya?" ucap orang itu yang membuat ku kaget.

"Astaghfirullah ngagetin aja ni orang gak tau apa kalo gue lagi kesel gini." ucapku dengan nada kaget plus suara seperti tikus kejepit.

Aku pun membalikkan badan ku untuk melihat siapa orang yang sudah mengagetkanku tadi dan bersiap siap untuk memakinya. "LO.. It... "

Ketika aku melihat orang yang tadi mengagetkan ku dan akan aku maki, aku pun langsung menutup mulutku dengan kedua tangan ku saat mengetahui jika orang yang akan aku maki itu adalah Brian, orang yang selama ini aku kagumi. Dia hanya mengangkat satu alisnya seakan bertanya 'apa?' aku pun hanya bisa menggelengkan kepalaku

"Eng...gak k...ok gak ada apa apa." ucapku sedikit gugup.

Ya iyalah gugup semua orang pasti bakalan gugup kalo bertatapan langsung sama orang yang dia sukai, aku memperhatikan dia dengan tatapan kagum dan intens, matanya yang sipit, alisnya yang tebal, bibir merah alami yang tipis, kulit yang putih bersih, dan lesung pipi yang terlihat jika dia berbicara apalagi kalau senyum ya Allah sungguh sempurna sekali ciptaan mu yang satu ini, tapi sayang menawannya wajahmu tertutup dengan wajah mu yang selalu menampilkan ekspresi datar dan tidak pernah tersenyum.

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang