Bab 22 | Sadar

1.2K 62 3
                                    

Hari ini aku sudah diperbolehkan pulang, sebenarnya Ibu masih melarangku dan menyuruhku tetap dirawat disini padahal aku kan cuma lecet sedikit tidak ada yang parah sama sekali dengan keadaanku tetapi karena telah berjanji akhirnya Ibu memperbolehkan ku dirawat dirumah saja.

Sebelum aku pulang aku menghampiri ruangan dimana Arsen dirawat, disana ada seorang anak kisaran sepuluh tahun tengah duduk dikursi dekat ranjang. Saat aku membuka pintu dia menoleh kearahku dengan tatapan bingungnya, aku menghampirinya dan tersenyum kearahnya.

"Kak siapa?"

"halo nama kakak Syila temennya Kak Arsen, nama adik cantik ini siapa?"

"nama aku Rossi Kak"

"halo Rossi salam kenal ya."

Dia tersenyum lebar kearahku memperlihatkan deretan giginya yang putih .

"iya Kak."

"oh iya Bunda Siska kemana sayang?"

"tadi Bunda keluar sebentar Kak."

Aku hanya ber oh ria mendengarnya

"Kakak kesini sama siapa?"

"oh Kakak kesini sama temen Kakak"

"temen Kakak mana?"

"itu ada diluar."

Rossi hanya menganggukan kepalanya tanda mengerti, ngomong-ngomong tentang Brian dia tadi menungguku di luar sebenarnya aku mengajaknya ikut masuk tetapi dia menolak membuatku heran ada apa dengannya.

Pintu ruangan dibuka kami menolehkan kepala kearah pintu terlihatlah Bunda Siska sedang tersenyum kearah kami dengan menenteng kmotong plastik ukuran sedang yang isinya bisa aku tebak adalah makanan tercium dari aromanya.

"eh Syila udah dateng."

"iya Bun." aku menghampiri Bunda lalu menyalaminya.

"udah lama?"

"belum kok Bun baru aja aku datangnya."

Bunda mengangguk. "oh iya ini Bunda habis beli makanan kita makan sama-sama yuk."

"eh gak usah Bun, tadi aku udah makan jadinya masih kenyang Bunda sama Rossi aja yang makan."

"emm ya udah deh, Rossi kita makan dulu yuk." lalu Bunda berjalan menuju sofa diikuti Rossi

Aku mendudukan diriku disamping ranjang Arsen tempat Rossi tadi duduk.

Ku usap kepalanya pelan. "kamu kapan bangun Sen maafin aku." gumamku lirih.

Tak terasa air mataku mengalir membasahi pipi tetapi langsung saja ku usap menggunakan punggung tanganku, takutnya Bunda melihat aku sedang menangis. Karena merasa tidak enak dengan Brian yang menunggu lama diluar aku pun memutuskan untuk pamit pulang.

"Bun aku pamit ya gak enak sama teman aku yang nunggu lama diluar."

"oh yang diluar itu temen kamu?"

"iya Bun."

"Bunda kira temennya Arsen, Bunda suruh masuk tapi dianya gak mau."

"ya udah gak apa-apa kasian temen kamu." lanjut Bunda.

"iya Bun, insya allah besok aku ke sini lagi."

Aku pun menyalami Bunda Siska.

"Rossi Kakak pulang dulu ya."

"yah kok pulang sih Kak? Rossi kan tadi niatnya mau ngajakin Kakak main habis makan."

"besok aja ya sayang, soalnya Kakak sama temen gak enak kalau menunggu lama."

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang