Hubunganku dengan Brian semakin membaik setelah kejadian... Ah sudahlah aku malu untuk menjelaskannya, mengingatnya saja membuat pipiku memanas.
Hari ini sampai beberapa hari kedepan sekolah libur karena kelas XII sedang mengadakan Ujian Nasional, akhirnya Kakak pengganggu itu hilang juga dari muka bumi ini. Eh maksudnya dari sekolah.
Kenapa kusebut pengganggu? Bayangkan saja setiap hari ia selalu menempel dengan Brian kemanapun Brian pergi, seperti hama yang harus dan wajib dibasmi. Sebel gak sih? Dan yang semakin membuatku kesal, Brian sama sekali tak terganggu dengan keberadaan Kak Medina.
Untunglah kak Medina tak pernah lagi mengunjungi rumah ini setelah kejadian aku salah paham sampai menangis seharian didalam kamar, duh lebay gak sih aku? Ha.. ha.. biarin yang lebay aku ini, gak tau apa kalau aku cemburu?
'ya gak tau lah Syil kan lo gak bilang' batinku bersuara.
Akhirnya beberapa hari kedepan dan seterusnya aku bisa bernafas lega, tapi pemikiranku tak sejalan dengan kenyataan saat ada bel berbunyi dan aku yang kebetulan mendengarnya pun membukakan pintu dengan memasang senyum tiga jari ku. Dan ketika melihat seseorang yang sedang tersenyum kelewat lebar pun senyumanku langsung hilang berganti dengan wajah datarku, tetapi langsung aku ganti dengan senyum tipis takutnya ketahuan kalau aku tidak menyukai kedatangannya, faktanya iya sih.
"Brian nya ada?"
"eh ada kok Kak ayo masuk."
Aku langsung menggiringnya masuk untuk duduk di kursi tamu.
"BI!!" panggilku.
"eh iya non ada apa?" Bi Asih menghampiri ku dengan raut bingungnya.
"tolong buatin minum ya Bi, Syila mau manggil Brian dulu."
"baik non."
"tunggu sebentar ya Kak, gue panggilin dulu Briannya."
"iya." dia tersenyum.
Dulu aja aku di bully habis-habisan, sekarang giliran tau aku sepupunya Brian... Sepupu pura-puranya sih lebih tepatnya, dia jadi sok baik sok manis. Dasar nih Kakak pengganggu si muka dua. Tanpa menunggu waktu lama aku menaiki tangga menuju kamar Brian untuk memanggilnya.
Ku ketuk pintunya.
'tok tok tok'
Tapi tak ada jawaban, aku mendorong pintunya dengan pelan dan ternyata tidak di kunci. Kulangkahkan kakiku memasuki kamarnya tapi aku sama sekali tak menemukan keberadaan si makhluk astral, eh Brian berada di kamar ini yang ku dengar hanya suara shower kamar mandi. Pantesan gak ada orang, dianya lagi mandi.
Aku mendudukan diriku di tepi ranjang, ku sibukkan diriku dengan pemikiran yang mengganjal hati. Untuk apa ya kak Medina datang kesini? ada perlu apa ya? kok aku jadi kepo begini sih? Lamunan tentang pemikiranku terbuyar ketika mendengar suara pintu kamar mandi terbuka dan seketika aku berteriak kencang sambil menutup kedua mataku melihat pemandangan yang tak biasa.
Brian yang hanya memakai celana pendek selutut, bagian atas yang tak memakai apa-apa menampilkan tubuh atletisnya dengan handuk yang tersampir di bahunya. Sebenarnya aku sering sih melihat Kak Arkhan dengan keadaan seperti ini tetapi tetap saja aku terkejut, ini Brian loh orang lain eh suami sih bukan Kakak kamu.
"ARGHHH!!"
Herannya walaupun aku tutup mataku menggunakan kedua telapak tangan tapi sesekali aku mengintip disela-sela jari, ngintip dikit bolehlah. Sayang pemandangan menggiurkan gak dilihat, wajahnya yang semula terkejut berubah datar melihat kelakuanku.
"ngapain ditutup kalau ngintip juga." gerutunya.
"he.. he.." Aku membuka kedua telapak tangan yang semula menutupi wajahku lalu menyengir kuda kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage
RomanceSejak SMP Arsyilla sangat menyukai Brian atau lebih tepatnya rasanya telah berubah menjadi cinta karena hingga mereka menginjak bangku SMA perasaan Syilla sama sekali tidak pudar malah bertambah setiap harinya, mereka menjadi dekat karena Brian pern...