[10]

1.7K 315 20
                                    

Berkat bertandangnya dia ke rumah Hoseok, Yoongi peroleh keputusan terbaik. Tentu saja demikian, Jimin bahkan memantul-mantul, menggantung tangan ke udara hampa di atas kepala sambil berteriak senang bukan kepalang, tepat di pagi sebelum Jimin yang ditemani Reiha berangkat mengayomi jadwal tujuan mereka.

Yoongi sengaja menunda keikutsertaannya selama itu. Entah maksud apa, tapi boleh juga dianggap kejutan. Dan pastinya Yoongi puas, ia terima reaksi yang sepadan. Ralat, mungkin berlebih. Apa lagi kalau ingat tatkala dia, Jimin, dan Reiha tiba di perkarangan Aurora. Yoongi memang bukan satu-satunya yang mampu membikin bola mata turunan Hawa melebar hingga jadi buah bibir. Namun, tetap saja, Min Yoongi-lah topik terhangat dan teratas hari ini.

Dari menunggu, naik bis, tiba di tujuan, bahkan kala ini, rasanya tak habis lagi gelegak panas yang menjalar di lorong telinga Yoongi. Padahal ada beberapa daun muda tak kalah pantas jadi kandidat buah bibir, tetapi nasib duda kelewat tampan juga mapan sungguh sebegininya, maka Yoongi mesti pahami itu sendiri.

Meskipun pantat Yoongi duduk mantap di satu teritori, kelerengnya tidak demikian. Berlari ke sana kemari sesuai ruang gerak Min Jimin yang tengah bermain tangkap piringan dengan Reiha di ujung sana. Sejatinya, bukan semata mereka berdua, ada sekian bocah-bocah ikut serta berusaha meraih perhatian dan kesempatan. Namun, yang mencolok tentu Jimin-nya. Sebab selain lincah, Jimin juga punya koneksi akrab terhadap Reiha.

Semoga para bocah, terutama orang tua tidak anggap Reiha melakukan tindak diskriminasi. Biarpun begitu, Yoongi rasa tidak mungkin terjadi. Ya, lihat saja, mereka masih tidak juga bubar, malah makin riuh saja kedengarannya. Dan satu hal yang mesti ditekan guna terus diingat, Park Reiha tipikal gampang digemari anak kecil.

Jika bertanya mengapa Yoongi duduk santai sambil memamah kacang almon di sini, maka jawabannya ialah, dia dan Jimin sudah bermain sebentar sebelum Reiha mendeklarasikan bergabung bersama mereka. Jelas, Yoongi mundur, Reiha bawa pasukan kecil di belakangnya.

Sebuah almon kembali lolos dari celah bibir guna di kunyah dalam ritme pelan. Sebab bakal menjadi petaka bila Yoongi mengunyah di tempo terburu-buru, sedangkan dia menerima panggilan tiba-tiba dari arah belakang.

"Min Yoongi-ssi?"

Usai mendongak memastikan, Yoongi hendak beranjak supaya beri hormat diurungkan oleh si pemilik suara yang lekas menggeleng dan menyuruh Yoongi mantap di posisi. Sebagai ganti, orang itu mengambil area di sebelah Yoongi.

"Terima kasih sudah menjaga Jimin, Seongsaengnim," ucap Yoongi berliput kesopanan.

Ah, ya, orang itu salah satu pengurus di Aurora, dan diakurasikan lebih tua daripada Yoongi. Seumuran Ibu, agaknya.

"Tidak. Reiha lebih pantas menerimanya, Yoongi-ssi." Wanita itu tersenyum lembut, dan Yoongi pun ikut menyematkan lengkungan sama. "Soal Reiha, sudah lama mengenalnya?"

Yoongi minta bantuan kognisi agar berbaik hati memberi tahu kapan tepatnya ia dan Reiha saling bertukar nama. Dapat. "Beberapa minggu sebelum Reiha bekerja di Aurora, mungkin."

"Oh, tapi kenapa kalian telihat saling mengenal lebih lama dari itu, ya? Sangat serasi, apalagi saat kalian datang bersama Jimin tadi pagi. Apa kalian sedang dalam hubungan?" Wanita itu terkikik singkat arkian tutup mulut berlagak terkejut. "Omona, maaf, Yoongi-ssi. Saya jadi terlalu banyak bicara. Tapi semoga awet terus, ya."

Mendadak Yoongi tersenyum kikuk, persediaan aksara di tempurung kepala tenggelam tanpa sisa. Demi jari manisnya yang masih terisi, kalimat itu, sudah yang ke berapa untuk hari ini?[]

sérendipitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang