[21]

1.3K 258 32
                                    

Biasanya rumah Yoongi pada pukul burung-burung berkicau menerjang langit akan kosong, dan terisi lagi ketika malam. Namun, kenyataan tersebut tidak ditemui pada hari ini. Boleh dibilang kediaman Yoongi sudah semacam penitipan. Riuh sekali, oleh bermacam warna suara. Ada suara lelaki dewasa, pemuda dan pemudi kecil, bayi, serta para wanita. Akan jadi paket lengkap apabila ibu dan ayahnya turut dalam acara rutin bagi sekelompok kawan akrab ini.

Tidak rutin juga, sebenarnya. Hanya tunggu waktu pas, mereka kosong atau tidak tercekik lagi atas jadwal kerja, barulah acara berkumpul itu dapat direalisasikan. Kegiatannya tidak muluk-muluk, yang dewasa akan saling bertukar obrolan ringan—maupun berat—pelepas stres, dan yang kecilnya membangun kemudian menyelami dunia permainan mereka. Menukar tawa, menonton siaran keluarga, sambil mengisi perut dengan kudapan yang akan disambung makanan berat jika sudah waktunya.

Acara yang benar-bernar dinantikan, karena pendar kebahagian tidak luput mendekap di tiap detiknya. Namun, khusus yang kala ini agak sedikit menimbulkan kerepotan.

"Yoongi-hyung, punya chocochips, tidak?"

"Punya! Cari saja di pantri pintu ketiga."

"Yoongi, garammu habis, ya?"

"Benarkah? Padahal sudah distok lusa kemarin. Ambil saja yang baru, Hyung. Di laci sampingmu!"

"Hobi, tolong ajari aku memotong apel yang berbentuk kelinci. Lily menyukainya."

"Astaga, astaga! Pisaumu terbalik, Kim Namjoon! Letakan!"

"Tolong jangan biarkan Namjoon memegang benda-benda tajam!"

"Chocochips-nya tidak ada, Hyung!"

"Cari lagi di pintu sebelahnya, Taehyung!"

Tidak. Mereka mutlak kerepotan.

Satu dapur berisi lima pria dewasa itu tengah dalam kegaduhan. Mulut saling berkicau dengan tangan yang sibuk sana-sini. Sedangkan di lain tempat, tepatnya di taman samping rumah Yoongi, para wanita sedang cekikikan dengan secangkir minuman hangat. Apatis saja ketika sahut-sahutan dari dalam menyapa rungu mereka. Lebih tergugah menikmati kesantaian yang disediakan.

"Biarkan mereka. Jadi, Jimin sudah melamar Sheira. Lalu, bagaimana dengan Taehyung, Ji?"

"Tenang, Eonni. Kalau Taehyung tak bergerak juga, maka aku yang akan melamarnya lebih dulu."

Lantas, mereka tertawa lagi.

Mereka sedang bertukar tugas. Karena biasanya, para wanitalah yang mengemban kewajiban menyiapkan makanan, sedangkan para laki-laki mengawasi bocah-bocah darah daging mereka sambil duduk dan bercakap santai. Berilah apresiasi terhadap istri kesayangan Hoseok, Jung Yumi, selaku pencetus gagasan tersebut. Yang kemudian disetujui oleh Hera, Roane, Sheira, dan Jira lewat anggukan super antusias.

Lagi pula, selain Namjoon yang kelewat ceroboh, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Makanan ciptaan mereka pasti akan tetap terhidang di atas meja, mengingat tiga di antaranya pandai memasak.

"Oh iya, Jimin ke mana?" tanya Yoongi ketika sadar tidak melihat satu presensi, masih dengan tangan bergerak spiral; mengaduk masakannya.

Sebagai satu-satunya manusia yang punya sedikit kontribusi, Namjoon segera menyahut tanpa memusingkan Jimin mana yang dimaksud, "Keluar sebentar dengan Jimin junior."

Yoongi mengangguk di saat tubuhnya memang sudah bergerak dinamis. Tak lama kemudian, keramaian perlahan menyergap hingga Yoongi implusif berspekulasi, bahwa penyebabnya adalah kepulangan Jimin. Min Jimin. Namun, esentriknya, resonasi itu malah makin menjadi-jadi di sekon lanjut. Suara wanita ikut melebur dengan kegirangan para bocah karena salah satu prajurit mereka telah kembali.

"Itu kenapa mereka jadi ribut, ya? Pakai halo, hai, selamat datang segala," celetuk Taehyung mewakili keheranan Yoongi, sebab tiga yang lain malah anteng-anteng saja. Seolah tidak terusik sama sekali.

Dahi Yoongi terlipat, lantas menitipkan masakannya kepada Hoseok untuk memastikan sekaligus memanggil Park Jimin agar segera menyumbang tenaga. Sambil mengusap tangan pada apron bergambar kue kering hidup, Yoongi melangkah menuju sumber keriuhan.

Sekonyong-konyong alisnya terlipat dalam lantaran menyipit, memastikan kebenaran dari presensi yang ia rangkum di bening kelamnya. "Reiha?"

"Karena Hyung tak kunjung berinisiatif, jadi kami semua sepakat memperkenalkannya sendiri," tukas Jimin sambil tersenyum hingga menyentuh mata.

Begitu polos, tanpa peduli kalau Yoongi sudah meledak di dalam sana.[]

sérendipitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang