[35]

1K 213 94
                                    

Sepanjang perjalanan, ketenangan tak sedikitpun bertandang pada Yoongi. Ia dibiarkan awut-awutan begitu saja seolah memang benar pantasnya ia dapat guncangan demikian. Beruntung jalan di pukul ini termasuk lenggang, maka Yoongi tak perlu menambah daftar makian. Meskipun saat ada satu kendaraan yang menurutnya mengganggu karena jalannya kelewat lelet, Yoongi tetap lancarkan ketajaman retorika yang ia miliki.

Semua berkat rentetan pesan Park Reiha yang kira-kira bunyinya begini;

Paman, apakah pasangan harus mengakhiri kencannya ke motel?

Padahal aku tidak suka.

Paman Yoongi ... tingkah Kim Jihoon-ssi mulai tidak kumengerti.

Ini menggangguku.

Maka coba jelaskan, bagaimana Yoongi tidak bisa tidak sekalut ini? Kemudian sewaktu Yoongi mencoba peruntungan guna mengetahui kejelasan lanjut, Reiha tak kunjung menjawab panggilannya. Gadis itu seperti hilang usai mengirim pesan terakhir. Berbagai spekulasi lantas menyeruak, seluruhnya bertendensi keburukan. Jelas, dari pesan-pesan tersebut tidak terindikasi setitik cahaya sama sekali. Fragmentasi-fragmentasi obrolan ketika makan siang bersama Hoseok, Namjoon serta Seokjin pun menjadi investor terbesar denyut-denyut tidak mengenakan integral kepala dan jantung Yoongi.

Beruntung Yoongi sempat menghidupkan radar lokasi ponsel Reiha agar tersambung ke ponselnya. Sebenarnya untuk jaga-jaga, manatahu ibunya menculik mereka lagi hingga membikin Yoongi pontang-panting seperti yang lalu-lalu. Antisipasi yang sangat berguna, dan kini mobil Yoongi telah memasuki titik ordinat tujuan tersebut.

Usai memarkirkan mobil, tanpa peduli aman atau menuruti aturan, Yoongi bergegas memasuki motel yang boleh dibilang cukup mewah. Langkah deras Yoongi tidak serta-merta lulus ketika salah satu pegawai mencegat lalu menegurnya bersama resonasi kentara menekan kesopanan. Namun, tentu saja Yoongi mustahil digentarkan begitu mudah. Malah, pegawai tersebut mundur sebentar setelah Yoongi lancarkan beberapa ancaman yang sedikit mengerikan bagi para pekerja; pemecatan. Adalah hal teramat gampang untuk Min Yoongi lakukan demikian, mengingat pemilik motel merupakan salah seorang kenalan, dan paling krusial; yang meminjam secuil harta Yoongi sebagai modal membangun bangunan yang ia pijaki ini.

Berbekal tuntunan pegawai yang terliput kebingungan dan kesal setengah mati lantaran tidak mampu melawan keabsolutan Yoongi, mereka menyusuri lorong demi lorong selepas melangkah keluar dari lift.

"Ini ruangannya, Tuan," ujar pegawai tersebut seraya menunjuk pintu bernomor 309.

"Buka," titah Yoongi tanpa menyertakan atensi, kelewat singkat dan menuntut.

Oleh sebab tidak punya pilihan, si pegawai mendekatkan kartu tanda pengenalnya ke alat pendeteksi yang melekat di pintu. Yoongi lekas menerobos masuk usai pintu terbuka. Dan di langkah lanjut, pemandangan yang sempat terbesit di benaknya betul-betul terjadi. Di mana seorang pemuda menyudutkan seorang gadis yang mukanya dipenuhi gurat ketakutan di bawah otoritasnya.

Di atas ranjang, Reiha terkungkung di bawah Jihoon.

Maka, dengan integral gelegak emosi yang bersatu padu, Yoongi memangkas jarak, menyekeram kerah belakang pakaian Jihoon kemudian menariknya hingga pemuda itu tidak lagi bertumpu pada ranjang. Lantaran tidak mampu merespon stimulus dengan benar, alhasil Jihoon harus menerima hantaman keras di hidung sampai membikin dia jatuh terpental ke belakang.

"Aku memercayakan dia padamu untuk kau jaga, bukan sebaliknya," desisnya. Yoongi ingat jelas, bahwa ini kali pertama ia rasakan kemarahan di dasar terendah, selain soal Jihyun. Seakan di tiap jengkal tubuhnya dipenuhi bara, sampai rasanya sanggup membakar apa saja, bahkan hanya dari pandangan. Sebelum mengambil lengan Reiha dan membuat gadis itu berdiri di sebelahnya, Yoongi melayangkan peringatan, "Cukup di sini pertemuan kalian. Jangan berhubungan lagi dengannya, atau kubuat kau merasakan neraka lebih cepat."

Di perjalanan keluar guna meninggalkan motel, keduanya direngkuh kebisuan akibat tenggelam dalam kesemrawutan yang enggan redam. Dan barangkali hanya berlaku pada Yoongi, sebab nyatanya, di sekon mereka nyaris menginjak bagian lobi, Reiha menyentak kuat tangannya sehingga kecakan Yoongi terlepas.

"Kenapa?" tanya Yoongi, nadanya esentrik. Maksudnya, tidak dapat diklasifikasikan pada satu nilai emosi.

Gadis yang mendekap tangannya sendiri di depan dada itu juga tak kalah esentrik. Dari air muka maupun gemetar di vokalnya manakala ia bergumam, "Jangan biarkan terlalu lama, nanti bisa meledak."[]

tolong sisipkan alasan kenapa saya gaboleh bosan nulis ini →

16 November 2019.

sérendipitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang